Oleh : Agtika Purwanto
Kelas : XI IPA 3
Jurnal atau jurnallistik
sangat akrab dengan wartawan, fotografi, majalah, majalah diding. Jurnal bermain dengan pena dalam dunianya. Sepintas peranan
jurnal agak membayang di balik menarik dan hebohnya setiap berita dan seni-seni hasil
karya para tangan dan otak kreatif seorang jurnalistik. Memang sepintas juga
gambaran tentang jurnalistik adalah crew dari segala macam acara pengetahuan,
berita, history dsb. Yang terbayang hanya seorang yang terlalu banyak mencari
tahu tentang segala sesuatu, mebawa-bawa kamera, membawa note’s dan menuliskan
berita, bahkan
terkesan
menyebalkan.
Ada satu sisi yang mungkin tidak tersadarkan di mata masyarakat, satu peran
yang tak tak tersadarkan dari seorang jurnalistik yaitu pahlawan di balik
layar. Pahlawan identik kuat dengan perjuangan dan jasa bagi banyak orang atau
suatu kejadian yang bersejarah dan terukir lalu dikenang. Pahlawan kemerdekaan
dengan segala tumpah darahnya membela negara Indonesia hingga merdekanya. Guru
pahlawan tanpa tanda jasa yang berjuang memepertahanka kualitas pendidikan
bangsa pada pemuda-pemudi calon pemimpin di masa depan dari masa ke masa.
Seorang polisi, tentara, dokter mereka semua adalah pahlawan yang terukir di
setiap perjuangan mereka.Siapa
yang mengukirnya di mata dunia? Publik pun dapat tahu
dan membaca bagaimana detail perjuangan mereka lewat majalah, koran dan
televisi dengan ringkas dan dapat dijadikan suatu sejarah.. Disinilah mulai
terasa tidaknya peran pahlawan di balik layar bagi para jurnalis yang telah membawa kisah-kisah dan
gambar-gambar sejarah dengan perjuangan seorang jurnal untuk dikemukakan di
muka publik. Kita semua bisa lihat
banyak perjuangan seorang jurnal yang berjuang mendapatkan informasi penting
bagi masyarakat mulai dari pengorbanan waktu,biaya,tenaga bahkan nyawa.Melalui tulisan yang mendokumetasi
setiap
kejadian,
terasakah
itu semua bagi publik yang sudah dapat menikmati hasil jerih payah mereka yang
biasanya hanya bertepuk tangan bangga dan memuji hanya dari tampak depannya
saja tanpa bertepuk tangan bagi pejuang yang telah membuat dan mendapatkan
hasil yang membanggakan dan bernilai
guna
penting dari
karya
tulisnya yang berdasar
fakta
opini,tentunya
butuh
perjuangan
sampai di muka
publik
.
Sadarkah saat setiap orang sedang menonton suatu
berita di televisi, seperti cotohnya berita tentang “Amuk Masa yang Mendemo Depan
Gerbang Gedung Pemerintah”, akankah
bisa melihat secara detail saat pendemo mengamuk dengan melempar batu,membawa
benda tajam bahkan senjata api, terfikirkah bagaimana proses pengambilan gambar
pada saat tragedi itu terjadi sampai ke halayak. Betapa berbahayanya situasi di
tengah amuk masa yang membabi buta dengan berbagai senjata berbahaya di tangan
mereka. Tetapi siapakah yang turun tangan langsung ke tengah emosi yang tak
terkendali tersebut ? Turun langsung tanpa membawa persenjataan ataupun
pelatihan bela diri di tengah amuk masa hanya untuk memberikan suatu berita
yang berguna bagi masyarakat ? Disinilah peran jurnalistik sebagai pahlawan.
Jurnalistik yang merekam semua kejadian di tengah ketidakpuasan masyarakat pada
pemimpinnya, jurnalistik yang berusaha menyampaikan langsung pada para pemimpin
yang terduduk pada kursi mereka yang mendengar suara rakyatnyapun tidak sama
sekali karena pengamanan dan tertutup oleh tembok dan deruh suara mesin penyejuk ruangan mereka sampai tak
bisa mendengar suara rakyatnya di luar sana yang berteriak menyampaikan
aspirasi mereka dengan panas terik matahari yang menimbulkan emosi dan
kekerasan. Jurnalis turun ke tengah mereka,ikut merasakan, mengambil semua
gambaran emosi mereka dan di sampaikan melalui televisi berharap mereka yang
terduduk itu dapat melihat langsung dan tergoyahkan hatinya. Terfikirkah betapa
bahayanya pengambilan gambar di tengah amuk masa tersebut ? Terfikirkah betapa
perjuangan jurnalistik untuk merangkum semuanya dengan berbagai teror dari
pihak yang merasa dirugikan atas tindakannya ? Tidak. Padahal dengan adanya berita di
majalah,koran,televisi dengan jerih payah jurnalistik dapat mengubah dunia bagi
para pembaca ataupun pendengarnya, tapi itu hanya di balik layar. Seorang
jurnalistik yang sesak hatinya saat melihat ada sesosok anak yang memiliki
kemampuan tapi jauh dari dunia pendidikan yang memadai sering mengangkat kisah
anak-anak kurang beruntung hingga mereka dapat bantuan. Contohnya seperti
acara-acara yang membahas kisah anak negeri di pelosok-plosok nusantara.
Jurnalistik akan ke sana mengikuti seputar perjalanan hidup mereka, merekam dan
mencatat hingga sampai ke mata para dermawan yang dapat membantu. Terfikirkah
bagaimana perjuangan untuk sampai ke pelosok wilayah yang sangat jauh dan
tinggal bersama mereka berbagi cerita dan membantu hingga mereka dapat
mendapatkan hak pendidikan ? Tidak. Pada saat suatu tragedi yang menghakimi
keadilan seseorang di meja hijau, jurnalistik akan menayangkan kecurangan yang
ada di balik semuanya hingga semua orang dapat menilai dan meihat sampai
membantu. Terfikirkah betapa berbahayanya membela pihak yang benar dari pihak
yang salah dan akan balas dendam ? Tidak. Tidak sedikit para jurnalis yang
meninggal saat mereka sedang menjalankan tugas mereka. Ada yang tertembak di
medan perang saat ingin memberikan informasi keadaan di sana, dan pulang
tinggal nama. Ada yang di hakimi saat mengambil fakta yang seharusnya dibela.
Ada yang dimasukkan ke dalam penjara karena berbagai tuduhan pelecehan nama
baik. Ada yang sampai bertahun-tahun terpisah dari keluarganya untuk merangkum
suatu berita ilmu pengetahuan dan banyak lagi. Itulah jasa jurnalis yang tidak
begitu dirasakan banyak orang. Pertanyaan kecil, bayangkan dunia tanpa
jurnalistik ! Mungkin
banyak
jurnalis yang nakal
dengan
tulisannya demi kedudukan
dalam
redaksi, karena di dimensi
manapun
akan
selalu
ada
hitam
dan
putih, behati-hatilah, pena
adalah
senjata
mematikan yang dapat
menaklukan
dunia
sekalipun. Tulisan, sekedar goresan tinta dari ujung pena di atas secarik kertas, tapi setiap goresan apabila
tidak
sekedar
goresan, sebuah
tulisan
dapat
berupa
ekspresi, kreativitas,
imajinasi, mungkin tulisan memang hanya sekedar hitam diatas putih tapi bagi tulisan yang dibuat
dengan
penyampaian
tersendiri, dapat
lebih
berwarna
dari
lukisan, dapat
lebih
bersuara
dari
musik, dapat
hidup
dan
mengubah
pola pikir seseorang.
Apa sebenarnya tulisan? Tulisan
adalah
mimpi,
Tulisan
adalah
harapan,tulisan
adalah
emosi,
tulisan
adalah
cinta, tulisan
adalah
harta
Banyak
orang bertepuk tangan saat melihat ke depan layar tanpa menoleh ke balik layar.
Tapi itulah jurnalistik yang akan selalu menjadi pahlawan di balik layar dan
memberikan yang terbaik untuk masyarakat. Cobalah untuk lebih menghargai tulisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar