Sabtu, 22 November 2014

Waktu Bintang Datang dan Pergi

Oleh: Adelya Putri Aryanti
Kelas: XI IIS 1


Banyak orang yang bilang kalo pertemuan atau perpisahan itu takdir.Aku pun setuju dengan pernyataan itu.Kenapa aku bisa setuju?Aku pernah mengalami pertemuan dan perpisahan.Waktu itu begitu singkat.Waktu itu,sepulang sekolah tiba tiba hpku bergetar,terlihat satu pesan menunggu untuk dibaca.Isi tentang seseorang yang bilang kalo dia kangen aku,tp nomernya baru pertama kali masuk ke hpku.Aku bertanya pd diriku sendiri,ini siapa ya?ko nomernya baru?pertama kali sms udh langsung bilang kangen,udah ah bodo,ga penting penting amat.Kulangkahkan kakiku menuju rumahku tersayang.Malamnya aku penasaran ko ada ya yg sms gitu,ya karna pernasaran dan kepo aku ngebales deh.

Setelah perdebatan panjang dengannya akhirnya aku tau dia siapa dan aku juga tau kenapa kenapa dia sms gitu.Dia bilang udh lama sayang sm aku,udh lama mendem perasaan buat aku,udh lama pengen ketemu aku.Dia bercerita panjang lebar di telefon,menceritakan kenapa dia sayang sm aku,kenapa dia bisa pindah ke kota lain,kenapa dia skrg lebih dewasa padahal kita cuman beda setahun.Disitu aku bingung,disaat aku yg lagi merasakan kekosongan hati,tiba tiba ada laki laki yang mencintaiku sebegitu besarnya.Naluriku berkata kenapa tak kau biarkan dia masuk dalam hidupmu?dia bisa merubah segalanya,membawa kebahagiaan yg tak berujung,membawamu lebih tinggi dr ini,meringankan bebanmu,apa salahnya kau coba? Akan ku coba demi kebahagianku

Waktu terus bergulir,dia membahagiakanku dalam mimpi2nya.Terasa bahagia saat aku bersamanya,rasaku tak bisa kutuliskan dengan kata kata.Ku habiskan waktuku hanya untuk bersamanya.Dia selalu punya cara membuatku tertawa,membuatku menangis bahagia,membuatku terbang melayang.Kebersamaan yg kita buat menjadikan aku wanita yg bahagia karna diriku punya dia.Dan aku berkata pada diriku sendiri,bahwa aku pun mencintainya.

Beberapa bulan berikutnya,dia sakit biasa,dan hari hari berikutnya bertambah parah.Saat hari valentine,disaat banyak pasangan yg membagi kasih sayangnya,dia malah pergi.Dia pergi ke singapura untuk check up kondisinya disana.Aku khawatir,aku kesal,aku sedih,aku marah,kenapa aku aku tak bisa disampingnya saat ini?sebenernya dia sakit apa?apa yg dia rasakan sekarang?apa yang inginkan?hatiku berkata.

Dia pulang seminggu setelahnya,dia tadinya tak mau bicara apa yg sedang dia derita,tp aku memaksa,dia pun bercerita.Kita bicara lewat telefon,ku dengar dia seperti sedang menangis,ku tenangkan dia perlahan,lalu dia bercerita,ternyata dia menginap “lupus” penyakit yg menyerang metabolisme tubuh itu mematahkan semua impiannya.Air mata ini tak dapat lagi dibendung,sedetik setalahnya mataku meneteskan air mata,tak kunjung berhenti,terpaksa ku akhiri pembicaraan itu secepatnya,aku tak ingin dia mendengarku menangis.Perasaanku tak berauran,seperti benang kusut yg enah dimana ujungnya.Kutata ulang sebagaimana perasaanku seharusnya.

Dan kumulai pembicaraan baru dengannya.Dia banyak berkata,tetapi intinya dia memutuskan untuk pergi ke negri kincir angin untuk memulai pengobatannya.

“heyyy,wanitaku,jangan bersedih untuk waktu yg lama,aku pergi takkan lama,aku berpesan jaga semua yg ada pd tubuhmu dr ujung rambutmu hingga ujung kakimu,aku tak bisa lagi menjagamu,titip mereka untukku.Aku mencintaimu matahariku.Waktuku tak banyak lagi,kamu harus bisa membiasakan dirimu tanpa diriku lagi.Aku akan sangat merindukanmu dr sana.Maaf karna aku blm bisa membahagiakanmu sepenuhnya dengan waktu yg kupunya.Tetapi aku bahagia karna aku punya mentari sepertimu,yg selalu memberikan waktunya hanya untuk merawatku,menjagaku,memberiku semngat,dan tentunya menyayangiku. Aku bahagia dewiku …“ itu kata yg terucap dr bibirnya sebelum dia benar benar meninggalkanku hingga saat ini.

Dia seperti bintang di langit pada senja mulai datang.Tadinya langit kosong,hampa,tetapi semakin malam,bintang bintang pun berhamburan.Dan ada kalanya disaat bintang itu tak lagi menampakkan batang hidungnya,mungkin karna cahayanya yg memudar? Tapi disaat bintang mulai mengisi kekosongan langit,langit begitu indah,begitu teduh,begitu terang,begitu menghanyutkan rasa.

Aku merindukannya,waktu yg telah kubuat bersamanya telah membuat banyak kenangan indah dalam benakku,entah kapan dia kembali,tapi disini ku sediakan waktuku untuk menunggunya pulang,karna jika waktunya maka cinta akan pulang ke rumahnya masing masing.Ini takdirku dan takdirnya

Pergumulan dengan Jam Dinding

Oleh: Ditya Puteri
Kelas: XI MIIA 2



Pergumulan heningku dengan jam dinding terus berlanjut.

Hal ini telah berlangsung lama.

Tidak ada yang mau kalah diantara kami, sekalipun aku tahu bahwa kemungkinan aku akan menang begitu tipis.

Pergumulanku; kenapa waktu begitu egois? Kenapa waktu selalu datang di saat yang tidak tepat? Kenapa waktu tidak pernah mengizinkanku untuk mengakhiri segala sesuatunya dengan baik? Tidak bisakah, sekali saja, waktu mengizinkanku untuk berpikir sejenak, mana jalan terbaik yang bisa ku pilih.

Tidak bisakah waktu diputar balik, sehingga aku bisa memperbaiki kegagalan dan kesalahanku selama ini?

Namun jam dinding hanya tertawa. Dia merasa menang, karena aku tahu 'waktu' memang tidak akan bisa diputar balik, sekeras apapun jam dinding berusaha. sebanyak apapun jam dinding yang mencoba.

Lalu aku teringat sesuatu. Akan kesempatan kedua. Orang bilang, kesempatan bisa datang dua kali, dan itulah saatnya kita memperbaiki kesalahan yang lalu.

Bisakah waktu memberikan kesempatan kedua?

"Bukankah hal itu sama?" tanyaku pada jam dinding.

"Mungkin waktu tidak bisa diputar balik, tapi waktu bisa saja memberikan kondisi yang sama di masa yang akan datang nanti, entah itu beberapa hari, beberapa minggu, atau mungkin beberapa tahun mendatang. Tapi hal itu sama."

Sesaat jam dinding termenung, lalu tersenyum. Kurasa ia puas dengan jawabanku, dan kali ini aku merasa menang dengan caraku sendiri.

Untuk kali ini, aku bersyukur tentang pergumulanku dengan jam dinding: aku menyadari bahwa waktu tidak seegois yang aku kira, waktu bisa saja memberikan kita kesempatan kedua. Kita hanya perlu bersabar menunggu waktunya....

Untukmu Kawan Lamaku

Oleh: Nike Wulandari
Kelas: X IIS 3


Ingatkah kamu kawan..
Ingat waktu kita saling berjanji tak saling meninggalkan?
Ingat waktu kita saling menangis akan perpisahan kita?
Ingat waktu kita saling menangis bersama karna pahitnya cinta?
Aku ingat..
Waktu itu kamu berkata friends never end,kamu juga bilang bahuku ada untuk kamu,dan terakhir sebelum kamu pergi kamu juga bilang aku takkan pernah meninggalkan kamu untuk apapun yang akan terjadi.
Tapi aku berfikir kembali..
Sekian lama kita berpisah,ada yang baru didunia mu. . .
Ada yang baru yang mengisi hari hari barumu.
Bukan,bukan aku tak ingin kamu memiliki banyak teman,aku hanya cemburu pada mereka..
Kawanku yang ada disekitarku tapi aku rasa mereka menghilang..
kawanku yang dulu telah berubah beranjak dewasa dengan mereka yang baru dia kenal...
mungkin sekarang aku yang berlebihan tak pantas berteman dengan kamu ya kawan..
Iya kawan aku sadar diri,untuk kebahagiaan mu aku memilih pergi..
Jika nanti kamu merasa sendiri,datanglah kepadaku maka aku akan menepati janjimu dan janjiku "bahuku ada untuk kamu,dan aku gaakan pernah meninggalkanmu untuk apapun yang akan terjadi"
Tahu kah kamu kawan?
Saat ini bulir bulir air mata ku bukan untuk pahitnya cinta,bukan untuk menangisi kelelahanku saat ini,tapi bulir mata ini air mata kesakitan yang menyayat hati seorang yang berlebihan karna kehilangan sahabat lamanya..
UNTUKMU dari SAHABAT LAMAMU..

Surat Kecil Untuk Waktu

Oleh: Shelly Ila Amalia
Kelas: XI MIIA 8


Halo, Waktu. Apa kabar? Kabarmu pasti baik dan akan selalu baik, tidak seperti kabarku, yang karenamu, kadang senang kadang sedih, kadang jelas kadang buram. Akupun bingung bagaimana bisa kau semena-mena padaku dan semua orang, yang jelas aku tidak berbuat apapun padamu.

Pertama, saya, mewakili semua awak manusia di dunia ini, ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih kau telah bersedia memberikanku kesempatan hidup. Yang pasti akan membuat kenangan yang sangat berharga dan susah dilupakan. Ketika aku kecil, peduli apa aku tentang waktu? Yang aku tahu dan aku mau hanya bermain dan selalu bermain. Sayangnya engkau tidak bersedia melihatku menikmati masa kecilku untuk selamanya. Bisa kau jelaskan mengapa kau tidak mau memberikan masa kecilku untuk selamanya? Hari semakin mendekati masa tuanya, akupun semakin mendekati masa dewasaku. Di pikiranku sudah banyak kenangan, yang mungkin akan meledak karena terlalu banyak. Kau bersedia menemani masa beranjak dewasaku dengan menyertai keluarga dan kawan yang tiada duanya serta kenangan bersama mereka yang abadi selamanya. Walaupun tidak semua kenangan berkategori “menyenangkan”, aku anggap yang tidak menyenangkan adalah sebagai pelajaran.

Kedua, mungkin aku agak kesal padamu, wahai Waktu. Kau datang membawa kenangan indah, lalu aku senang. Kemudian kau pergi meninggalkan kenangan buruk, lalu aku sedih dan menangis. Seringkah kau merasa tiba-tiba resah lalu gelisah, takut lalu khawatir? Oh, Waktu. Lagi-lagi kau semena-mena memberikan senang lalu sedih. Walaupun aku tahu dibalik waktu untuk bersedih yang kau berikan, kaupun pasti menyediakan kawan yang akan menemani kesedihanku. Tapi, mengapa tak kau musnahkan saja menit atau jam bahkan hari untukku bersedih?

Ketiga, sekarang aku benar-benar kesal padamu. Hei, Waktu. Apakah kau tidak pernah berpikir untuk sekali saja mengulang waktu? Atau mengulang suatu kejadian ketika aku rindu pada keadaan tersebut? Kau tidak pernah merasakan bagaimana sakitnya berpisah dengan kawan yang sudah nyaman di hati dan pikiran. Kau tidak pernah merasakan bahagianya momen berasama sahabat. Pantas saja kau bertindak seenaknya padaku. Apakah salah jika aku ingin merasakan momen bahagia dengan jam, hari, tempat, dan kondisi yang persis sama? Aku mohon, Waktu. Setidaknya, bisa mengobati rindu kepada kawan lama dan tentunya momen momen bersama setiap sahabatku. Aku tahu time is money, tapi Waktu, rinduku sudah teramat dalam. Aku mohon, sekali saja, putarlah dirimu, berikanku memori-memori yang sudah lama kurindukan dengan sangat. Aku mohon, Waktu, berjanjilah...
Salam hangat,



Shelly Ila Amalia

Berdialog dengan Waktu

Oleh: Fathya Tsaqifa Azzahra (Ahra)
Kelas: X MIIA 3



Ada saat dimana kita merasakan betapa lamanya waktu berjalan. Kerap kali kita melihat jam, ternyata baru lima menit waktu berlalu. Hingga suatu hari aku bertanya kepadanya.


“Hai, waktu! Kenapa kau lama sekali? Bisakah kau cepatkan lagi?”


Sang waktu tidak menjawab. Yang ada hanya sunyi dan bunyi denting jarum jam. Aku berpikir kembali, waktu berjalan begitu lambat namun terdapat pula waktu yang berjalan begitu cepat dan seringkali kita ingin kembali ke masa itu. Lalu esoknya aku kembali bertanya pada waktu.


“Waktu, bisakah kau mengembalikanku pada masa lalu? Aku tak ingin waktu sekarang, ini lama sekali.”



Waktu tetap tak bergeming. Rasanya semakin ingin aku mengendalikan waktu. Biar aku sendiri yang mengatur waktu untuk diriku. Tetapi bagaimana caranya? Aku bertanya lagi pada waktu.


“Ini yang ketiga kalinya. Aku hanya meminta, tolong berikan waktumu untuk kuatur sendiri, sehingga aku bebas menentukanmu. Memperlambatmu. Mempercepatmu. Kembali ke masa lalu. Pergi ke masa datang. Aku bisa bebas atas waktuku.”

Kali ini sang waktu menjawab.


“Kau salah. Sejak dulu aku sudah dikendalikan olehmu. Waktu tidak sekedar tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit, ataupun detik.”


Aku mengerutkan kening, “Apa maksudmu? Jadi selama ini kau apa?”


Sambil tersenyum ia menjawab.


“Waktu adalah bagaimana suasana hatimu. Bagaimana kamu mensyukurinya. Bagaimana kamu menghargainya. Maka, mulai sekarang cobalah berteman bersama waktu.”




Mendengar jawabannya, aku jadi mengerti. Selama ini akulah yang memang mengendalikan waktu. Bagaimana waktu itu berjalan tergantung pada diriku.




“Berbahagialah dengan waktu. Dengan begitu kau dapat mensyukuri betapa berharganya waktu.”





Minggu, 16 November 2014

Tema 22 November 2014

hallo #smandacivil, how's your day?
setelah beberapa bulan, akhirnya blog penulismanda ini di aktifkan kembali hihi. #smandacivil pasti masih sering berkunjung ke blog kami ini kan?

teman-teman sekarang bisa mengirimkan karyanya kembali di penulismanda, lho. karena udah lama ga ngirim, admin penulismanda akan ngingetin lagi cara mengirimkan karya tulis kalian supaya ga salah. wanna know how? klik disini aja ya hehe

diingatkan kembali, tulisan yang akan dikirim ditulis di BODY EMAIL, bukan di ATTACH ya kawan-kawan :)

seperti biasa, per minggunya ada tema nih #smandacivil. untuk tema pertama setelah beberapa bulan ini adalah "waktu". untuk adik-adik kelas X yang mungkin masih bingung, bisa lihat contoh-contoh postingan yang sebelumnya.

oiya, yang mengirimkan karya tulisnya ini ga harus anggota ekskul jurnalistik kok, teman-teman #smandacivil yang lain juga diperbolehkan mengirimkan karyanya :) malah kami dari pihak jurnalistik juga sangat mengharapkan apresiasi dari semua siswa smanda, gimana nih pasti pada ga sabar mau ngirim karyanya kan?

deadline pengiriman sampai tanggal 22 November 2014 pukul 16.00, jangan lupa untuk mengirim sesuai ketentuan ya. ayo, ditunggu karya-karyanya! ^^

SELAMAT MENULIS
VIVA SMANDA!

Sabtu, 14 Juni 2014

Kedua

Nama: Ditya Puteri
Kelas: X MIIA 9

Ada satu pepatah yang aku selalu ingat.
Di dunia ini, tidak ada yang bertahan selamanya.
Aku rasa itu benar.

Karena setiap kali kau merasa yakin, akan selalu datang hal yang bisa
menghilangkan keyakinanmu. Karena disetiap satu, selalu diikuti dua.

Karena yang awalnya "pertama" bisa menjadi yang "kedua".
Dan konsep "kedua" ini hampir sama dengan pepatah diatas.

Saat satu pilihan terlihat, akan datang pilihan kedua yang bisa membuatmu ragu.
Saat kau merasa kau bisa jadi yang pertama, yang kedua bisa saja
datang menggantikanmu.

Dan ini membuatku sadar,
di dunia ini, tidak ada yang bertahan selamanya.

Karena disetiap satu, selalu ada yang "kedua".