Nama : Prameswari K
Kelas : X IPA 4
Pekerjaan Rohmah sebagai guru memang cukup melelahkan. Berangkat dari jam 06.15 pagi dan pulang jam 16.00 setiap harinya sudah merupakan rutinitas sehari-harinya. Dengan menggunakan baju seragam berwarna cokelat pudar dan sepasang sepatu tanpa hak warna hitam pekat, Rohmah mengajar murid-muridnya dari kelas ke kelas lainnya.
Kelas : X IPA 4
Pekerjaan Rohmah sebagai guru memang cukup melelahkan. Berangkat dari jam 06.15 pagi dan pulang jam 16.00 setiap harinya sudah merupakan rutinitas sehari-harinya. Dengan menggunakan baju seragam berwarna cokelat pudar dan sepasang sepatu tanpa hak warna hitam pekat, Rohmah mengajar murid-muridnya dari kelas ke kelas lainnya.
Pada awalnya memang tidak ada niatan baginya untuk memilih pekerjaan yang sekarang dijalaninya itu. Bahkan kalau bisa memilih lagi Rohmah tidak akan memilih pekerjaan yang kadang dianggap remeh oleh sebagian orang ini.
Mengajar sangatlah tidak mudah seperti apa yang dikatakan banyak orang. Apalagi harus berhadapan dengan sejumlah orang yang memiliki tingkat daya pemikiran yang berbeda-beda membuat Rohmah selalu bersabar.
Suatu hari, Rohmah mendapat tawaran untuk mengajar di sebuah kampus di kotanya. Sudah lama sekali Rohmah memimpi-mimpikan kesempatan besar ini. Setidaknya dia tidak akan dianggap remeh oleh orang banyak lagi setelah menjadi seorang Dosen. Namun ada satu yang membuatnya agak berat melepas pekerjaannya sebagai Guru, yaitu siswa-siswanya.
Rohmah sudah mengganggap semua siswa-siswanya sebagai anak sendiri, mungkin efek dari pekerjaannya yang setiap 6 hari sekali bertemu dengan siswa-siswanya sudah terasa seperti keluarga.
Rohmah juga sebenarnya merahasiakan hal ini dari semua orang. Setelah didorong oleh motivasi dari Ibunya, Rohmah pun akhirnya bulat mengambil kesempatan pekerjaan barunya itu.
Setelah memberikan surat pengunduran dirinya kepada Kepala Sekolah tempatnya mengajar, Rohmah pun pergi meninggalkan sekolah yang sudah menjadi tempat tinggal keduanya sampai sekrang.
Alangkah terkejutnya Rohmah begitu melihat sebuah spanduk terjuntai di depan gerbang pintu keluar. Tidak hanya itu sejumlah siswa menunggunya dan menyambutnya dengan air mata perpisahan.
Seragam cokelat pudar yang selalu dipakainya itu kini disimpan rapi didalam sebuah kotak kenangan dan berjuta kenangan lainnya yang yang dihabiskannya 15 tahun lebih sebagai guru yang kini tinggallah kenangan.