Sabtu, 10 Mei 2014

Sebuah Seragam Cokelat Pudar

Nama : Prameswari K
Kelas : X IPA 4


Pekerjaan Rohmah sebagai guru memang cukup melelahkan. Berangkat dari jam 06.15 pagi dan pulang jam 16.00 setiap harinya sudah merupakan rutinitas sehari-harinya. Dengan menggunakan baju seragam berwarna cokelat pudar dan sepasang sepatu tanpa hak warna hitam pekat, Rohmah mengajar murid-muridnya dari kelas ke kelas lainnya.

Pada awalnya memang tidak ada niatan baginya untuk memilih pekerjaan yang sekarang dijalaninya itu. Bahkan kalau bisa memilih lagi Rohmah tidak akan memilih pekerjaan yang kadang dianggap remeh oleh sebagian orang ini.  

Mengajar sangatlah tidak mudah seperti apa yang dikatakan banyak orang. Apalagi harus berhadapan dengan sejumlah orang yang memiliki tingkat daya pemikiran  yang berbeda-beda membuat Rohmah selalu bersabar.

Suatu hari, Rohmah mendapat tawaran untuk mengajar di sebuah kampus di kotanya. Sudah lama sekali Rohmah memimpi-mimpikan kesempatan besar ini. Setidaknya dia tidak akan dianggap remeh oleh orang banyak lagi setelah menjadi seorang Dosen.  Namun ada satu yang membuatnya agak berat melepas pekerjaannya sebagai Guru, yaitu siswa-siswanya.

Rohmah sudah mengganggap semua siswa-siswanya sebagai anak sendiri, mungkin efek dari pekerjaannya yang setiap 6 hari sekali bertemu dengan siswa-siswanya sudah terasa seperti keluarga. 

Rohmah juga sebenarnya merahasiakan hal ini dari semua orang. Setelah didorong oleh motivasi dari Ibunya, Rohmah pun akhirnya bulat mengambil kesempatan pekerjaan barunya itu. 

Setelah memberikan surat pengunduran dirinya kepada Kepala Sekolah tempatnya mengajar, Rohmah pun pergi meninggalkan sekolah yang sudah menjadi tempat tinggal keduanya sampai sekrang.

Alangkah terkejutnya Rohmah begitu melihat sebuah spanduk terjuntai di depan gerbang pintu keluar. Tidak hanya itu sejumlah siswa menunggunya dan menyambutnya dengan air mata perpisahan.

Seragam cokelat pudar yang selalu dipakainya itu kini disimpan rapi didalam sebuah kotak kenangan dan berjuta kenangan lainnya yang yang dihabiskannya 15 tahun lebih sebagai  guru yang kini tinggallah kenangan.

The Best Teacher in The World

oleh : Shelly Ila Amalia
kelas : X IPA 4


Pahlawan tanpa tanda jelas, pastilah guru. Guruku adalah Ayahku. Ayahku memang bukan guru, tapi bagiku ayahku adalah guruku. Ayahku bercerita, ketika ibuku ingin melahirkanku, ayahku sedang ada tamu urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggal. Tetapi ayahku tetap meninggalkan pekerjaan tersebut, lalu menemani ibuku melahirkanku. Tetapi hanya sebentar, setelah aku lahir, ayahku mengadzaniku lalu pergi bertemu tamu tersebut lagi. Ya ampun, ketika baru saja lahir, aku sudah merasakan pengorbanan ayahku. Sejak kecil, aku diajarkan banyak hal oleh ayahku. Ketika masih kecil, kalau aku sakit perut, ayahku memijat-mijat perutku layaknya seorang ahli pijat (yang sekarang aku tahu beliau tidak tahu menahu tentang pijat-memijat). Kalau gigiku sakit, ayahku memeriksa seluruh gigiku (yang juga sekarang aku tahu beliau tidak tahu menahu tentang urusan gigi). Kalau aku ingin sesuatu, ayahku layaknya seorang pesulap yang langsung mengabulkan permintaanku (yang jelas sekarang aku tahu beliau bukan ahli sulap).
Aku mulai beranjak dewasa. Aku juga mulai tahu, hidup tak sehalus bulu domba. Aku melihat, bagaimana cara ayahku memberikan contoh kepadaku bagaimana caranya mengatasi masalah. Ayahku juga pasti punya cobaan tersendiri. Tapi beliau seperti tidak mau&tidak pernah menunjukannya kepadaku. Aku kagum. Bagaimana beliau bertindak seperti tidak ada apa-apa, padahal aku tahu ada apa-apa? Ibuku pernah bilang, yang ada dipikiran beliau itu "bagaimana caranya membuat anak-anakku senang". Dan aku mohon, jangan tanyakan kepadaku sudah seberapa sering ayahku berkorban untukku. Jelas aku tidak tahu karena tidak bisa dihitung, jelas aku tidak mampu menghitungnya karena terlalu banyak. Aku juga melihat bagaimana cara beliau mengerjakan semua tugas-tugas hidupnya. Ayahku benar-benar seorang pencontoh yang baik yang layak. Menurutku, guru terbaik di dunia dan menandingi semuanya adalah ayahku. My lovely daddy. Berjuta-juta terima kasih untukmu ayahku.

"Love your parents. We are so busy growing up, we often forget they are also growing old." -Unknown

Pahlawan Tanpa Lelah

Oleh    : Fasya Hadiyan Aprilingga
Kelas   : X IPA 4
Bagai lilin di malam gelap
Bagai matahari yang selalu menyinari bumi
Bagai selimut didinginnya malam
Guru
Memberikan seluruh ilmunya
Memberikan seluruh tenaganya
Untuk kita
Guru
Tak pernah lelah
Tak pernah mengeluh
Selalu semangat
Mengajar kita
Guru
Seperti buku panduan kita
Selalu memberi tahu apa yang mereka pahami
Selalu mengajari apa yang kita tak tahu
Memberikan pengetahuan baru bagi kita
Guru
Pahlawan tanpa tanda jasa
Pahlawan tanpa lelah
Pahlawan yang akan selalu kita ingat
Pahlawan bagi kita semua

Segalanya

Oleh  : Ditya Puteri
Kelas : X MIIA 9



Bel tanda istirahat berbunyi. Tidak seperti biasanya, teman-teman kelasku hampir menghabiskan waktu istirahat untuk mengerjakan tugas dari Ibu Siti. Ya, Ibu Siti adalah guru bahasa Indonesia yang tegas, dan kebanyakan teman-temanku bilang "galak, jangan berani ngebantah." Oke, catatan tambahan untukku.
Tadi pagi Ibu Siti langsung memberikan tugas yang harus dikumpulkan setelah bel istirahat berbunyi. Karena hari ini bertepatan dengan hari guru, Ibu Siti meminta anak-anak untuk menuliskan satu kata yang menjelaskan tentang guru menurut pemikiran kami sendiri. Aku berpikir keras, untuk menulis sebuah essay mungkin gampang. Tapi dijelaskan dengan satu kata? Aku berpikir keras mencari kosa kata yang tepat untuk "guru".
"Aku ga tau harus nulis apa, bingung ga sih, May?" tanya Bila yang duduk disebelahku. Aku menoleh kepadanya dan melihat raut mukanya yang jengkel dan bingung. "Aku juga." jawabku singkat. "Lagian ngapain juga coba, apa tulis pinter aja ya? Semua guru pastinya pinter, iya kan? Iya ga? May jawab napa." "He'eh." aku mengangguk tanpa memikirkan kata-katanya.
Pintar ya...
Kalau pintar, aku rasa Ravi, anak terpintar di kelasku, juga bisa didefinisikan dengan pintar. Aku rasa guru lebih dari itu. Sesuatu yang lebih... mengajarkan sesuatu, apapun itu.
Tiba-tiba suara bruk terdengar diseluruh kelas. Semua anak menoleh ke arah Siska yang tidak sengaja menjatuhkan handphonenya. "Aduh maaf, terlalu asik sm hp jd ga liat di depan ada meja. Sorry." ujar Siska. Anak-anak yang tadi sedang serius langsung menyoraki Siska. Oke, catatan tambahan untukku, jangan keasikan main hp kalau gamau disorakkin anak sekelas.
Aku terenyak, aku baru saja menambahkan catatan tambahan untuk diriku sendiri dari peristiwa tadi. Aku baru saja menambahkan pelajaran untukku. Aku berpikir, peristiwa tadi mengajarkanku sesuatu.
Dan bukan peristiwa itu saja, semua hal yang pernah aku lalui telah memberikanku pelajaran, memberiku ilmu. Semakin bertambahnya hal-hal baru yang aku alami, memberiku pelajaran baru. Ya... aku rasa kuncinya ada di segala hal yang telah aku lalui. Maksudku, belajar dan menerima ilmu dari guru di sekolah juga sebuah peristiwa yang aku alami kan?
Sekarang segalanya menjadi jelas. Aku tidak perlu belajar dari orang-orang saja, tapi justru dari setiap hal yang aku alami selama ini. Segala hal kecil sampai terbesar sekalipun. Segalanya...
Bel tanda masuk berbunyi. Semua anak mulai menggerutu keras. "Oke, fix aku nulis pinter! Kamu udah selsai May?" tanya Bila kepadaku. Aku menulis dengan cepat lalu berdiri, "Udah, ayo kumpulin dulu."
Aku menaruh kertas tugasku di meja depan. Aku melihat sekali lagi tulisan "Segalanya" di kertasku, aku belajar hal baru lagi kali ini. Segalanya adalah guru yang paling penting. Oke, catatan tambahan untukku.

Siapa itu Guru?

Dari Admin Penulismanda




Aku membuka Sebuah Lembaran baru lagi hari ini…
Hari ini aku mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari sebuah Guru yang sangat hebat yaitu Pengalaman. Pengalaman ku kali ini tak bias ku jadikan sebagai hal yang baik tapi sebagai pelajaran untuk kedepannya. Aku tak mau menceritakan Pelajaran apa itu., tapi yang ingin ku ceritakan adalah arti seorang Guru menurutku… 

Aku punya banyak Guru secara formalnya dari mulai tingkat TK sampai sekarang aku berada, tapi aku tak menganggap mereka semua guru… kenapa ? karena bagiku Guru adalah orang yang telah MENDIDIKku dengan Benar, bukan hanya MENGAJARku, tak sedikit jumlah guru yang bagiku mereka itu bukanlah guru, karena bagiku Guru adalah sebuah contoh yang mengajarkan kita bagaimana kita melakukan sesuatu, bersikap, dan belajar memaknai Hidup itulah Guru yang sebenarnya bagiku, Jujur saja Aku tak memerlukan Ilmu Pengetahuan yang Tinggi dari Guru, Yang aku perlukan adalah Ilmu bagaimana menjalani Hidup ini dari seorang Guru tentunya melalui contoh dari Mereka, dari mana aku tau mereka contoh yang baik? Tentu saja melalui pola pikir mereka… Aku tak suka dengan seseorang yang menganggap rendah orang lain, aku tak suka dengan orang yang melihat orang sebelah mata, aku tak suka dengan orang-orang yang hanya melihat sesuatu dengan sekali tatap, walaupun yang melakukan hal itu adalah orang yang punya kekuasaan tetap saja aku tak suka dan rasanya aku ingin menghantam mereka dengan sekali pukulan , karena aku berpikir memangnya siapa mereka berhak seperti itu? Tuhan? Malaikat? Nabi? Mereka hanya manusia biasa yang drajatnya sama jadi tak berhak mengatakan itu walaupun usia mereka lebih tua.  

Guru bagiku adalah orang-orang yang mengajarkan kita bagaimana kita melakukan sesuatu dengan baik, dan guru adalah orang menerangkan kepada kita hal yang memang sedang kita perlukan, dan orang-orang yang memiliki pemikiran yang Idealis itulah Yang kusebut Sebagai Guru… Pengaruh Guru seperti itu sangat besar bagiku, dan beberapa kalimat yang mereka katakan masih bermakna untukku. Guru bukanlah hanya seorang Orang tua yang mengajar kita, tapi Guru adalah orang yang bisa mendidik kita dengan benar siapapun itu: teman seangkatan, Kakak Kelas, Wali Kelas, Tetangga, Saudara bahkan orang yang tiba-tiba berbicara dengan baik didepan kita dan menceritakan sesuatu dan mengajarkan sesuatu adalah seorang Guru… tapi tetap saja, Guru Terbaik adalah Pengalaman, mereka tidak mengajarkan kita dengan kata-kata atau cerita namun mengajarkan kita langsung lewat praktik kehidupan dan itulah hal yang paling diperlukan oleh kita Generasi Muda. 

Guru bukanlah seorang yang sok pintar, Guru bukanlah orang yang merasa paling berpengalaman, Guru bukanlah orang yang berpikiran berlebihan, Guru bukan lah orang yang mengajarkan kita tentang sesuatu yang aneh, Guru bukanlah orang yang membatasi pemikiran dan Konsep pemikiran siswanya, dan Guru bukanlah seorang dictator. Guru harus demokratis dan berpikiran selalu positif, selalu melakukan evaluasi pada dirinya sendiri. Guru adalah orang yang mengajarkan melalui praktik bukan hanya kata-kata. Dan Guru harus memberi jalan keluar terbaik bukan melakukan sesuai keinginannya.

Kadang aku rindu dengan Guru-Guru yang mempunyai cara mengajar yang idealis, Guru yang mengajarkan kita pahit manisnya hidup dan memberikan kepahitan kepada siswanya, aku Rindu dengan Guru-guru yang memang mensupport kita dari belakang. Aku merindukan ucapan-ucapan mereka yang bermakna. Aku tuliskan kata-kata dari orang-orang yang aku anggap Guru yang sudah mengajariku

“Jangan Pernah Meninggalkan 5 waktu Sholat karena itu bisa membawa ketenangan dalam hidupmu”

“Pukulah sebuah tembok jika kau emosi, itu lebih baik dari pada melampiaskannya pada seseorang”

“Jangan pernah sombong dengan jabatanmu sekarang, karena itu hanya semantara dan Jabatan itu adalah tanggung jawab terbesar dan akan diadili sangat sakit jika kamu memanfaatkannya dengan buruk”
 
“Sesungguhnya kamu memiliki jiwa pemimpin tapi kamu harus belajar banyak menjadi untuk jadi seorang pemimpin”

“Jangan Pernah menyerah dalam menghadapi sesuatu, karena sesungguhnya sesudah kesulitan pasti datang kemudahan”

“Kamu akan lebih bijak jika mendapatkan jawabanmu sendiri”

“orang yang menguasai waktu adalah orang yang menguasai dunia”

Semoga Ceritaku ini dapat dibaca oleh guru-guru yang lain, agar pemikiran mereka berubah dan menjadi guru yang berpikir idealis dan kedepan dan berani menjawab tantangan bukan justru takut akan bertindak. Semangatlah para generasi penerus temukan Guru-guru yang sangat berarti bagimu dan rubahlah dunia bagi mereka.