Kamis, 30 Juni 2011

Jika Nyawa Hanya Ditentukan Oleh Sehelai Pita

Oleh : Amalina Salsabil
@salsalina_

Pita nyawa. Namanya memang pita nyawa, tapi pita ini bukan pita yang bernyawa apalagi menentukan nyawa seseorang. 
Teman-teman semua pasti sudah mengerti apa pita nyawa ini. Ya, pita sepanjang 10 cm yang disematkan di lengan sebelah kiri menggunakan peniti emas. Pita ini selalu ada dan menjadi atribut penting dalam kegiatan-kegiatan besar di SMA N 2 Cirebon, dari Orientasi Lingkungan Sekolah (OLS) sampai Serah Terima Jabatan (STJ) dalam kegiatan ekskul.

Cerita terlucu tentang pita nyawa ini selalu hadir dalam kegiatan OLS. Mengapa? Karena dalam kegiatan OLS ini anak-anak masih polos, antara mengerti dan tidak. Mereka selalu menuruti apa yang diperintahkan Mas dan Mba Panitia. Mas dan Mba Panitia akan menarik-narik pita yang ada di lengan peserta tersebut. Berbahagialah mereka yang ujung pitanya sudah dibakar karena mereka pasti akan baik-baik saja. Tetapi betapa malangnya nasib para peserta yang pita nyawanya ditariki hingga habis, mereka akan dikerjai habis-habisan oleh panitia. Peserta yang sudah tidak memiliki pita nyawa akan dikata-katai dan diperintah untuk berbaring di lantai karena nyawa mereka sudah habis, maka mereka sudah mati. Misalnya seperti ini :
"Heh kamu, tiduran sana di lantai! Udah nggak punya pita nyawa kan, udah mati berarti."
Miris memang. Tidak hanya itu saja, yang membuat lebih menyedihkan lagi adalah mereka -peserta yang sudah tidak mempunyai pita nyawa- mau-maunya saja diperintah untuk berbaring di lantai dengan mata terpejam seolah-olah sudah tidak bernyawa atau mati. Padahal maksud dari panitia adalah untuk membuat para peserta berargumen membela diri mereka dan tidak membiarkan harga diri mereka -peserta- diinjak-injak begitu saja.

Jadi, bagaimana menurut kalian jika nyawa ditentukan oleh sehelai pita? haha entah sudah berapa puluh, bahkan ratusan jiwa melayang hanya karena kehilangan pita nyawa ya? Bersyukurlah karena nyawa kita tidak ditentukan oleh hal-hal kecil seperti itu.

itu ceritaku, apa ceritamu?  

Pita Yang Berbeda

Oleh: Dita Sesylia F.
@ditasesil



Bukan hal yang mengesankan ketika melihat seutas tali tanpa menggantungkan cerita di dalamnya. Bahkan tidak ada beda dengan tali yang penuh kreasi namun bukan kau yang membuat tampilannya indah. Maka seutas tali pun berhak untuk dikenang ketika kau membuat cerita di dalamnya.

Kreasi sumber daya nan kreatif telah mengubah pita menjadi sesuatu yang indah. Berbagai makna pun telah masing-masing dipegangnya dalam kreasi yang berbeda. Namun kreasi yang sama tetap akan menimbulkan makna yang berbeda dalam golongan yang berbeda, karena kau berbeda dan bukan hal yang tabu untuk dilestarikan, pita nyawa.

Bukan hal yang dapat mencegah kau menghadapi pintu gerbang kematianmu, bukan hal yang dapat menambah kekuatanmu, bukan juga hal yang dapat mengembalikan orang yang sudah tiada. Namun makna dari pita ini terdapat dalam relasi kalimat sebelumnya. Adalah pita yang menandakan bukti kepedulianmu akan orang-orang yang sedang berdiri melawan ganasnya penyakit HIV dengan berbagai kegiatan sosial untuk dapat menambah kekuatan mereka untuk berjuang melawan semua yang dapat merenggut nyawa mereka, perlahan namun pasti, sehingga dapat mengindahkan makna kehidupan yang telah tuhan ciptakan meski virus AIDS terus menggerogoti tubuh mereka karena kau peduli akan mereka, karena kau tidak begitu saja membuang mereka, karena aku, kamu, dan dia adalah saudara.

Betapa nistanya dunia ini ketika kau tak mendapati seorang pun berada di sisimu, menemanimu dalam menghadapi segala rintangan. Dan betapa indahnya dunia ini ketika kau menyadari betapa banyak yang menyayangimu setulus hati. Itulah yang mereka butuhkan, sama seperti aku, dan kamu.

Sekarang, dunia sudah mengetahui makna dari pita nyawa dalam salah satu golongan, golongan yang peduli akan mereka-mereka yang terlanjur larut dalam bayangan penyakit HIV. Kini dalam ruang lingkup yang amat kecil dari dunia, memiliki makna tertentu dalam utasan pita yang biasanya ditetapkan oleh mereka dengan ukuran 10 x 0,5 cm, adalah pita nyawa versi SMA Negeri 2 Cirebon, sebuah sekolah bertaraf internasional yang berlokasi di jantung Kota Cirebon.

Tidak diakui oleh dunia memang suatu fakta dari makna pita nyawa versi Smanda ini, namun benda ini sungguhlah berharga dalam suatu kegiatan yang ada dalam Smanda dan diakui benar oleh seluruh panitia dan peserta dalam kegiatan itu.

Pita nyawa bukanlah pita yang sembarangan, pita ini harus selalu dikenakan dalam jalannya kegiatan itu, bila samapi kau sebagai peserta kedapatan oleh panitia tak mengenakan pita nyawa maka mereka akan dianggap mati. Maka inilah sebuah realita yang mungkin konyol untuk didengar namun memiliki sebuah makna nan dalam, yakni menghargai sesuatu sekecil apapun itu. Disiplin juga tak lepas dari makna pita ini di Smanda karena di sisi jika kau tak mengindahkan pita ini maka kau harus siapkan mental serta fisikmu untuk menerima konsekuensi yang mau tidak mau harus kau penuhi. Takan kau kira sebelumnya, bahwa kekeluargaan pun amat dituntut dalam kegiatan ini, ketika kau mendapati seorang anggota keluargamu tak mengenakan pita nyawa, maka kau dianjurkan untuk membelanya dengan tujuan yang tak keji untuk meghindari konsekuensi yakni meringankan konsekuensi.
       
Hal yang konyol bukan ketika kau harus benar-benar menjaga seutas pita nyawa di lengan kiri? Namun betapa indahnya dunia ketika kau dapat memaknai ini dengan teliti. Bukanlah suatu kerugian untuk menghargai hal-hal kecil tapi memiliki makna, da merupakan suatu kerugian ketika kau melakuka sesuatu tanpa mengetahui makna dari apa yang kau lakukan sehingga kau takan mengambil pelajaran di dalamnya. Sadarkah kau bahwa sebenarnya hal yang kau anggap kecillah yang akan memberikanmu pelajaran dan cerita yang lebih berarti dari pada suatu hal yang besar yang terus kau puja namun tak kau ketahui apapun tentangnya.
       
Seutas tali ini memang benar-benar ajaib. Disini kita hanya melihat dua perbedaan dari sebuah benda kecil dari sekian perbedaan yang ada. Memiliki perbedaan yang cukup kontras, juga memiliki makna tersendiri dalam tiap perbedaan. Namun perbedaan ini sungguh mengagumkan, padahal hanya dari sebuah utasan kecil yang bernama pita nyawa. Maka janganlah kita hancurkan segala perbedaan yang ada, karena perbedaan adalah anugerah Tuhan yang tiada tara.
     


Pita Nyawa

Oleh: Yudhistira Dwi A.
@yudhistiradwi / http://pintabo.blogspot.com

Pita nyawa, kenapa disebut pita nyawa? Apa karena awalnya pita itu dipake sama Samson di rambutnya? Terus ga sengaja itu pita ikut kepotong sama rambutnya pas Delilah disuruh sama tokoh antagonis buat motong rambutnya Samson? Abis itu dia jadi lemes bin lemu seperti tak bernyawa? Oke, saya tahu analogi ini jauh dari kata masuk akal. Jadi inilah yang mungkin sebenarnya terjadi...

Suatu hari di siang yang terik, berkumpul gerombolan anak-anak berusia 14 sampai  16 tahun berwarna serba ungu.  Kala itu ada seorang anak bernama Beni Rachmadi Setyono Ahmad Suseno Pambudiluhur, panggil saja dengan nama Kevin. Ia sedang tidur di lapangan yang panasnya ga kira-kira. Lalu, “Kevin!”, sahut mas-mas yang make name tag warna biru.”Siap!”, jawab Kevin dengan tampang lesu. “Kamu ngapain tiduran di sini?”, tanya mas-mas tadi. “Pita nyawanya saya ilang mas, jadi saya tadi disuruh jadi mayat”, jawab Kevin. “Loh? Kamu terima diginiin? Temen kamu ga ada yang bela?!”, mas-mas yang tadi nanya lagi. Kevin dengan gagap menjawab, “Siap! Saya tidak terima mas! Temen saya ada yang bela. Cuma saya...”. “Cuma apa?! Takut!? Udah cepet tiduran lagi, kamu udah dianggep mati!”, perintahnya. ”Siap!”, sahut Kevin.
Nah, mungkin itulah asal muasal “Pita Nyawa”. Emang agak nyeleneh ceritanya, tapi ya seenggaknya bisa rasa penasaran kita hilang sepersen.

Tapi ingat! Anggaplah pita nyawa itu sebagai sebuah tanggung jawab, karena pita nyawa ini sama halnya seperti  jubahnya para pesulap dimana mereka menyembunyikan rahasia sulapnya. Jika pita nyawa ini hilang maka semuanya akan terhenti begitu saja, seperti tukang sulap yang hanya duduk termangu karena tidak dapat melakukan trik-triknya lagi karena jubahnya hilang.Contoh misalnya si A diberikan tugas untuk menjaga sebuah telur ayam untuk ditetaskan, agar telur ayam itu dapat ditetaskan maka harus dimasukkan ke dalam ruang inkubasi selama 21 hari. Si A pun memasukkan telur itu ke ruang inkubasi, ia pun pergi selama 20 hari untuk liburan agar membuat hari demi hari terasa lebih cepat. Ketika ia pulang dan melihat ruang inkubasi dimana telur tersebut disimpan, ia pun menangis karena telah melepas tanggung jawabnya sehingga telur ayam tersebut tidak menetas. Tapi sebenarnya apa sih yang terjadi? Ternyata lampu pengeraman pada ruang inkubasi putus saat hari ke 19. Nah, disinilah sebenarnya tanggung jawab diperlukan. Jadi, jangan seperti Kevin yang pasrah dengan nasibnya karena pita nyawanya hilang. Atau si A yang melepas tanggung jawabnya begitu saja. Jadilah pribadi yang tidak akan pernah melepas tanggung jawabnya sebagai manusia.

VIVA SMANDA!

Ada Dimana?

Oleh: Aulia
awfrf.blogspot.com



Pita nyawa itu,
Terbakar diujung kedua sisinya
Terlipat membentuk bulatan kecil
Dijepit kuat dengan peniti emas
Ada tepat dihitungan tiga jari lengan kiri

Pita nyawa itu,
Seperti nyawa yang ada di permainan game
Jika hilang, aku mati
Sayangnya, aku hanya punya satu saja

Pita nyawa itu,
sudah diambil dari lengan temanku
Dia sudah mati
Bentakan asal dasar solidaritas menggema
Bisa saja aku berikan nyawaku
Tapi...

Pita nyawa itu,
sekarang ada dimana?

Sebuah benda yang disebut pita nyawa


oleh: Rizki Amalia Laksmiputri
@ikeelaksmiput


Den Haag,4 Oktober 2011

Dari sebuah jendela terlihat seorang gadis sedang mengobrak-abrik isi laci putih kecil di atas mejanya. Wajahnya menyiratkan kekesalan,mencari sesuatu yang belum berhasil ditemukannya. Syal coklat yang dililitkan di lehernya mulai basah,ternoda keringat walaupun disana musim dingin melanda.
Syaaaaa,what are you doing? HURRY!”teriak seseorang dari lantai bawah kepada gadis bersyal coklat.
Wait for me,mom. I’m still looking for my new hair tie”jawabnya sambil sedikit berteriak. Dia masih mencari,mengobrak-abrik isi lacinya. Tiba-tiba gerakannya terhenti saat melihat suatu barang kecil berwarna ungu,matanya memerah seperti hendak menangis,ia memikirkan sesuatu. Flashback....
***
Cirebon,24 Juni 2011
“Kalian semua disini satu angkatan,kalian satu keluarga disini. Liat ada temen kalian dikasih hukuman,kalian gak bantu hah? Mana kekeluargaan kalian?!!”teriak seorang laki-laki yang memakai ID Card hijau.
“Tasya!” ujarnya sambil setengah berteriak.
“Siap!”jawabku
“Kamu liat ada temen kamu di depan sana? Kenapa kamu ga bantu dia? Dia temen kamu,keluarga kamu sendiri!”
“Hm siap mas tapi menurut saya sendiri,dia memang berbuat kesalahan jadi untuk apa saya membela yang salah? Memang kesalahan dia sendiri kehilangan pita nyawa”jawabku pelan,agak ragu.
“Dia emang salah,pita nyawa emang penting tapi apa kamu yakin kehilangan pita nyawa harus diganti konsekuensi push up 50kali? Walaupun dia salah,seengganya kamu bisa bantu dia untuk ngeringanin hukuman. Sekarang juga kamu bantu temen kamu itu,cepet balik kanan,maju ke depan” aku mengikuti perintahnya untuk maju menuju kakak panitia.
“Interupsi mba,saya mau ngebantu temen saya. Saya mau ngeringanin hukuman dia,walaupun emang dia salah tapi menurut saya kesalahan ‘tanpa pita nyawa’ ngga sebanding dengan push up 50kali”ucapku tegas. Mba panitia berID Card merah itu langsung menengok ke arahku. Badanku bergidik ngeri.
“Oh sok pahlawan ya kamu? Coba liat kamu sendiri bener ga? Papan nama aja masih digunting,ko sok pahlawan. Kamu ngerasa bener? Apa kamu....”ucapannya terhenti.
“PANITIA CUKUP! Semua panitia diharap kembali ke sumber suara,akan diadakan apel sore sekaligus penutupan”teriak ketua Osis. Mba berID Card merah itu pun tersenyum tipis,lalu meninggalkan kami. Sungguh,teriakan ketua Osis itu benar-benar layaknya panggilan surga. Mas-mba panitia pun berjalan ke arah sumber suara.
“Eh makasih ya”ucap perempuan yang tadi hendak ku bela,tersenyum padaku. Aku hanya tersenyum lalu kembali ke barisan.
Apel penutupan pun dimulai,matahari pada pukul 4sore itu tidak terasa panas. Awan mendung menutupinya,angin yang sepoi-sepoi pun menyejukkan. Membuat rambut para gadis-gadis SMA berkepang 13 ini terangkat angin perlahan.
Apel selesai. Tiba-tiba dari lantai atas,beberapa orang menyiram ember-ember penuh berisi air bunga. Sebagai tanda,bahwa acara ini telah selesai. Kami telah berhasil dididik menjadi calon manusia yang lebih bertanggung jawab,lebh berjiwa pemimpin. Para panitia berID Card merah,biru dan hijau tersenyum sambil bertepuk tangan pada kami semua,seangkatan. Wajah mereka benar-benar terlihat bangga.
“AYO SEMUA KUMPUL DI LAPANGAN! KITA TOS”teriak salah seorang panitia. Kami semua langsung berlari ke tengah lapangan layaknya semut yang mengerubungi gula. Dengan bangga,kami teriakan “VIVA SMANDA!!!”
Gerombolan itu mulai memencar,kebanyakan ke kantin membeli minum. Aku? Aku langsung berlari mencari teman-teman sekelasku. Kami semua berpelukan,erat,sangat erat. Kami sadar,ini adalah momen-momen terakhir kami melakukan hal bersama-sama. Bersama keluarga sepuluh lima atau yang biasa kami sebut MTV (Member of Ten fiVe). Awalnya kita hanya berpelukan,tertawa-tawa,hingga...
“Bentar lagi kita pisah kelas,pasti aneh rasanya”Lala bergumam sedih. Pelukan terlepas. Teman-teman lain pun menimpali dengan sedih juga atau menghibur. Ramai sekali.
“Kalian bakal pisah kelas ya? Tasya bakalan pisah sekolah sama kalian”ucapku pelan namun tampaknya mereka semua mendengar. Mereka semua diam,aku hanya tersenyum getir.
Mereka memelukku lagi,lebih erat dari sebelumnya. Lebih sepi dari sebelumnya. Aku pun diam. Aku bukan seorang mind-reader yang bisa membaca alasan mereka terdiam. Tapi aku? Aku diam karna aku tau,ini pelukan terakhir mereka. Ini tawa dan tangisku yang terakhir bersama mereka,setelah ini mungkin tak ada aku lagi. Mungkin hanya akan ada Lala, Tika, Diya, Rina, Manda, Tama, Ramadhan dan Sakti sebagai grup hura-hura di kelas. Grup hura-hura tanpa aku. Mungkin kelas sepuluh lima hanya diingat sebagai kelas bermurid 29 orang,bukan 30. Tanpa aku.
Kau tau apa yang menyakitkan dari sebuah perpisahan? Dilupakan.
***
Flashback berhenti...
Mata gadis itu mengerjap-ngerjap,membuat bulir air matanya jatuh perlahan. Dia mengambil barang kecil itu dari lacinya lalu bangkit. Ia meraih sisir lalu mulai mengikat rambut tipisnya sambil menghadap ke cermin.
Tasyaaaaa,come on!” teriak seseorang dari lantai bawah.
“Yes Mom,wait a minute”
‘Gue udah ga di smanda tapi hati gak bisa boong,gue masih sayang banget sama smanda. Gue harap dengan benda ini gue ga akan lupa sama smanda dan semua kenangannya. Begitu pula mereka semua,semoga ga lupa sama gue’
Gadis itu tersenyum,memasangkan benda itu di rambutnya.Sebuah benda yang disebut pita nyawa. Lalu tersenyum bangga sambil menggumam “Viva Smanda!”

Dari Sini Aku Memulai Segala nya.....

Oleh : Aulia Hashemi
twitter : @auliahashemi 


Tema yang diadakan ini benar-benar membuka sedikit memori indah ku tentang pita nyawa :) bismillah,ini lah ceritaku.....


 
Pukul 04.00 wib 

"mas Faris,bangun....kata nya mau jadi DK?bangun jam segini aja masih susah ! ", teriak ibu dari lantai bawah.

"Iya bu,masih jam segini juga......" jawabku sambil mengusap-usap kepala botak hasil karya Pak Maman, tukang cukur di Pasar langgananku.


Dingin.


Ini lah hari pertama aku mengikuti kegiatan PPDK, kegiatan yang harus aku ikuti untuk menjadi salah satu bagian dari keluarga Dewan Keamanan. Impian terpendamku sejak kelas 10 dulu. Bukan,bukan saat aku kelas 10,tapi saat aku mengikuti OLS.


Tiba-tiba ingatanku kembali mundur,jauh sekali sampai saat pagi spesial itu. Hari pertama kegiatan OLS. Aku sangat ingat bagaimana teriakan panitia memanggil nama ku. Sungguh,itu teriakan paling kejam yang pernah aku dengar seumur hidup ku. 

"WOY,JADI GINI YA ANAK-ANAK YANG MAU JADI ANAK SMANDA???HAH?"

Teriakan kejam itu diiringi dengan penarikan sebuah benda remeh dari lengan seragam putih SMP ku. Aku ingat sekali bagaimana sakit hati nya aku dilecehkan dengan teriakan itu. Aku merasa aku pantas masuk sekolah ini tanpa mengikuti kegiatan ini. Begitu pikir ku saat itu. 

"SUDAH,PERGI SANA ! DASAR GA BECUS KALIAN SEMUA ! "

Alhamdulillah...cukup sudah teriakan-teriakan hina itu masuk telinga ku,kemudian aku balik kanan dan meninggalkan teman-teman seperjuanganku yang masih di orientasi oleh panitia-panitia itu.Aku juga meninggalkan benda remeh yang tadi ditarik oleh panitia.
"Cuma gitu doang,ngapain dipikirin..." ,kataku dalam hati. 


Aku mulai memasuki lapangan itu,dan yang aku lihat disitu pemandangan yang serupa dengan pemandangan saat di gerbang sekolah tadi. Ada yang di push up,squat jump,jalan bebek bahkan membentuk angka-angka yang benar-benar menggelitik perutku.

"HEY,NGAPAIN KAMU DISITU?KAMU TELAT KAN?CEPAT BARIS ATAU SAYA KASIH KAMU KONSEKUENSI ! "

Teriakan itu membuyarkan lamunanku akan hiburan sesaat tadi. Oke,aku mengalah dan masuk ke dalam barisan siswa-siswa yang dikatakan telat oleh panitia-panitia itu.

"MANA PITA NYAWA KAMU?HAH?KAMU MATI AJA ! KAMU GA PUNYA NYAWA KAN?" 

Pita nyawa?apa itu pita nyawa?asing sekali kata itu,aku mulai mengingat-ingat satu persatu benda-benda aneh yang harus aku bawa dalam acara OLS ini. Tapi,ingatanku gagal untuk mengingat apa itu pita nyawa. 

"SUDAH DARIPADA TERLALU LAMA,SEKARANG AMBIL POSISI PUSH UP SEMUA !!"

Aku tak menghiraukan teriakan itu,pikiran ku masih melayang memikirkan benda yang disebut pita nyawa itu. Sambil mengikuti hitungan push up tak lazim dari panitia itu aku terus mengingat dan berpikir. 

"SATU!" 

"VIVA SMANDA !" 

"DUA!"

"VIVA SMANDA !" 

....................


"SEPULUH ! "

"VIVA SMANDAAAAAA !!!!!"


Sakit juga tanganku setelah push up 10 kali tadi,wajar lah,ini pertama kali nya aku push up sebanyak itu. Biasanya 5-6 kali saja aku sudah K.O.
Aku berdiri,membersihkan seragam SMP ku yang kotor,kemudian ikut ke barisan lain di tengah lapangan itu.

10 Menit.....15 Menit...Aku berdiri disitu tanpa "dilayani" senior-senior ku. 

Iseng,aku mulai berkeliling ke teman-teman seperjuangan ku yang sedang beradu argumen dengan senior. Tiba-tiba ada pemandangan unik di barisan belakang....

"SUDAH SAYA TARIK AJA INI PITA NYAWA KAMU,BELUM DIBAKAR KAN UJUNG-UJUNG NYA !! "

Pita nyawa?pandangan ku pun langsung tertuju pada benda kecil yang berada di lengan seragam temanku itu. Benda ini kah yang disebut panitia sebagai pita nyawa?Benda inikah yang dianggap penting oleh panitia sehingga di setiap barisan yang aku ikuti,pertanyaan yang ditanyakan selalu sama? 


"MANA PITA NYAWA KAMU?"


Aku kemudian terdiam sejenak,aku ingat akan benda serupa yang pernah aku miliki,yak benar.....benda yang ditarik oleh panitia di gerbang depan tadi....


Tanpa banyak basa-basi,aku langsung berlari ke depan lagi,maksudku mungkin aku bisa menemukan kembali pita nyawa yang telah rusak oleh panitia tadi pagi. Aku mengingat lagi dimana tadi aku berbaris, 

"Nah itu dia !" teriakku saat menemukan benda yang aku cari-cari. Sehelai pita berwarna ungu yang telah rusak dan terlihat terinjak-injak sepatu teman-temanku tadi. Aku pungut benda itu dan aku kembali masuk ke lapangan.

.........................................................

Apa spesial nya pita berwarna ungu itu?bukan kah dengan atau tanpa pita nyawa itu aku tetap lah Aulia Hashemi?mengapa pita itu terlihat sangat bermakna di mata para panitia?

Aku mencoba bertanya pada diriku sendiri yang baru saja mengenal benda berwarna ungu itu. Benda remeh itu seakan-akan membuat ribuan pertanyaan muncul dalam benakku. Tak satu pun sanggup aku jawab nya.



Hari ke 2,pikiran ku akan benda itu masih sama dan belum ada kesimpulan yang aku dapat.


Hari ke 3,aku akhirnya mengambil kesimpulan tentang pita nyawa berwarna ungu. Kesimpulan dari seorang anak baru lulus SMP yang akan memulai kehidupan baru di SMA.


Kesimpulanku, Aku berpikir bahwa pita nyawa hanya lah sebuah simbol atau lambang. Bukan lah benda penting yang sangat berharga. Tapi, justru karena tidak penting itu lah kita harus peduli terhadap pita nyawa. Kenapa?karena pada hakikat nya,untuk membentuk sesuatu yang baik dan benar, kita harus memulai dari hal yang kecil dan tidak begitu penting. Kita harus mau untuk menghargai sesuatu yang kecil untuk mendapatkan sesuatu yang besar. 

Sejak saat itu,aku sangat menghargai dan menganggap penting sesuatu yang terlihat kecil seperti pita nyawa contoh nya.
Karena, dari benda remeh macam pita nyawa itu lah kita memulai segala nya. Memulai kehidupan yang baru,yang kelak akan sangat berbeda dengan kehidupan hari ini.


...............................................................................................


"Mas,mau sampai kapan di kamar terus?ini sudah hampir subuh...ayo cepat turun dan bersiap-siap ! " 


Teriakan ibu sekali lagi membuyarkan lamunanku. Aku bangkit dari tempat tidurku dan melihat seragam putih abu-abu ku sudah siap. Lengkap dengan segala atribut yang harus dikenakan untuk PPDK, tidak lupa pita nyawa merah sudah ku pasang di lengan seragam ku itu.

Yak,merah. Pita nyawa ku yang ungu itu sudah berubah jadi merah. Aku tidak akan melupakan kenangan pita nyawa warna ungu ku dulu, karena dari situ lah aku memulai segala nya. 

Dengan pita nyawa merah di lengan seragamku ini, aku pun akan memulai perjalananku lagi. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyia-nyiakan pita nyawa merah ini sebagaimana yang aku lakukan pada pita nyawa ungu ku dulu. Karena dari sini lah aku memulai segala nya, menjadi bagian dari keluarga luar biasa yang ada di lingkungan sekolah ku. Dewan Keamanan.


"If you want a quality, act as if you already had it."
William James 





Selesai,
Aulia Hashemi  

Bukan hanya sekedar atribut, ini identitas!


Oleh : M. Ibnu Fajri, @ibnufm

      Siswa smanda mana yang tidak pernah memakai pita nyawa? Ya! Benda kecil yang berukuran rata-rata 10 x 1 cm ini selalu ada hampir dalam event-event keorganisasian, contohnya OLS, PTKS (dulu LKS, PSAU, PBU), LKK, PPDK, bahkan sampai serah terima jabatan kepengurusan Merpati Putih pun, benda ini ada sebagai atribut yang harus dikenakan.
      Mungkin pernah terlintas di pikiran kita, “ah buat apa pita nyawa?

Ganjen” atau “yaudahlah pake aja daripada di push-up”. Jujur Penulis pun pernah memikirkan hal seperti itu ketika OLS, tapi setelah penulis mengikuti LKK, baru menyadari apa sebenarnya pita nyawa itu. Mungkin ini terkesan berlebihan, tetapi bagi penulis, ini lebih dari hanya sekedar atribut, ini adalah identitas bagi pemakainya, simbol dari kegiatan yang diikutinya, bahkan sebagai kebanggaan tersendiri ketika memakainya.

       Siswa smanda mana yang belum pernah melihat calon anggota dewan keamanan yang terlihat gagah dengan pita merahnya? Atau calon pengurus MPK yang terlihat berwibawa dengan pita hijau muda di lengannya? Ini hanya sekedar contoh yang terlihat oleh orang luar, betapa pita nyawa memberikan pengaruh terhadap pemakainya. Contoh lagi, pengalaman penulis ketika memakai pita hijau muda, penulis merasa mendapatkan tanggungjawab baru, pengalaman baru dan tantangan baru, mengingat akan berhadapan dengan tugas-tugas baru dari organisasi yang penulis ikuti.

       Jadi, berbanggalah kalian siswa smanda yang pernah memakai benda tersebut dan memahami fungsinya, ini bisa jadi motivator, pemicu semangat, penumbuh rasa tanggung jawab, tergantung kalian bagaimana memahaminya. Dan lagi-lagi, mungkin ini terkesan sangat berlebihan sekali, tetapi penulis masih menyimpan pita hijau muda yang dulu pernah penulis kenakan, tersimpan di laci lemari dengan kondisi sedikit usang dan ternoda oleh tetesan darah penulis sendiri, karena ini merupakan kenang-kenangan yang sangat berharga dalam perjalanan penulis di smanda tercinta ini.

IRONIS

Oleh : Menikha Maulida
http://menikha.blogspot.com/

“Kamu tuh udah mati. Kamu nggak punya pita nyawa. Tiduran cepet. Hahhhhh!”
Apa yang kalian rasakan jika mendapati bahwa kata-kata itu diberikan untuk kita? Argumen. Ya argumen. Hal tersebut hanyalah alasan panitia untuk adu argument. Tapi, sesungguhnya pita nyawa itu apa? Pita nyawa merupakan simbol khusus yang selalu ada dalam acara yang berbasis membangun mental serta kepemimpinan di SMA N 2 Cirebon. Pita nyawa biasa dipasang di sebelah kiri baju seragam PSAS, tepatnya diatas logo SMA N 2 Cirebon, berjarak tiga jari dari jahitan baju seragam dengan mengaitkannya pada peniti emas berukuran kecil. Pita nyawa berbagai macam warnanya. Tergantung acara apa yang sedang kita ikuti. Misal, acara OLS, biasanya menggunakan pita nyawa berwarna ungu. Ironisnya, sangat jarang siswa atau siswi yang menanyakan sesungguhnya untuk apa menggunakan pita nyawa? Bahkan, sampai detik ini pun saya belum mengerti benar untuk apa pita nyawa itu.
Ada yang tau? Boleh komen.

Tema 30 Juni 2011

halo #smandacivil....

Untuk membuka sesi menulis ini, temanya adalah "PITA NYAWA"
hmm.. pita nyawa apaan sih? pitanya punya nyawa? hidup? udah gak asing kan sama nama itu? hehe

SEMANGAT MENULIS YA!

Rabu, 29 Juni 2011

Perkenalan

Halo #smandacivil

Blog ini dibuat dengan tujuan menjadi wadah bagi karya tulisan kalian dan untuk mengisi waktu liburan kalian. Kedepannya walaupun liburan telah selesai, saya berharap kegiatan ini terus berlanjut untuk meningkatkan produktivitas menulis kalian. Mari sama-sama belajar menulis. Menulis itu menyenangkan loh :)

VIVA SMANDA!