Oleh: Ainu Athifah R.A.I
XI IPA 2 / 2015 (?)
2012.
Mari kita berbicara
tentang awal
sekarang.
.
.
.
.
.
Mungkin, sesuatu yang buruk di
awal, akan selalu buruk setelahnya. Itu yang sebelumnya aku percayai. Berbagai
kejadian menyuruhku untuk beranggapan begitu. Contohnya? Ambil saja yang
gampang. Jika kau bertemu seseorang untuk pertama kali dan punya pengalaman
buruk atau firasat buruk terhadapnya, kau akan terus beranggapan buruk tentang
orang itu. Ya, awal menentukan segalanya—begitu
kataku, dulu.
Tak mudah untuk mengubah apa yang
sudah kita alami di awal. Aku sendiri mengalami begitu. Kau tahu, aku punya perasaan
tidak enak saat pertama kali kulihat daftar nama kelas itu. Aku selalu
beranggapan buruk terhadap kelasku—hingga beberapa bulan, aku masih merindukan
kelasku yang lama. Sulit untuk diubah—pikirku,
dulu. Aku merasa kesulitan untuk menerima kelasku, walau setengah diriku sudah
beradaptasi dengan kelas itu. Sungguh menyiksa kalau kau tetap mempertahankan
pikiran buruk yang dimunculkan di awal, percayalah.
Tapi, akhirnya aku senang-senang
saja dengan kelas itu. Kau tahu mengapa? Lebih baik kau mengubah dulu pikiranmu
itu. Bukan awal yang menentukan segalanya, tapi dirimulah yang menentukan. Tak
apa jika di awal semua tidak sesuai dengan perkiraanmu, tapi ayolah, di
prosesnya kau harus mengubah cara pandangmu dan terima saja keadaannya. Kau
tahu, jika dirimu yang mengubahnya, semuanya akan berakhir sesuai dengan
perkiraanmu. Aku sudah mengalaminya. Aku mampu mengatasi awal yang buruk
sekarang, masa kau tidak?
Ayolah, mari kita berkata pada
awal; “Hai awal, tak apa kau buruk dan tidak sesuai perkiraan tapi lihatlah
nanti, aku akan mengubahmu dan bertemu dengan akhir yang sesuai.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar