Sabtu, 22 Maret 2014

Dimulai Dari Akhir

Oleh: Adinda P. Rahayu
Kelas: XI IPA 7



                Awal itu permulaan. Awal itu bagaimana suatu cerita dimulai. Bagaimana penulis mengenalkan latar belakang kejadian sebelum pembaca kenalan dengan pokok masalah. Iya, awal itu bagaimana cerita kita dimulai. Awal itu selalu bagian di mana aku bercerita tentang bagaimana semua kebetulan-kebetulan itu mempertemukan kita. Bagian di mana pertemuan kita menjadi awal ceritaku. Awal itu sesuatu yang baru.
                Tapi, awal? Haruskah awal ditempatkan di depan? Haruskah awal selalu ditaruh sebagai bagian pertama dari sebuah cerita? Maksudku, ceritaku tentang kita saja aku mulai sejak kamu masih bersamanya. Saat kamu masih sibuk menulis kisah kalian yang manis, romantis, indah, semua yang aku anggap sempurna. Saat kamu masih sayang padanya… ah, mengapa aku membahas ini?
                Ceritaku tentang kita tidak diawali dengan awal kisah kita. Bahkan ketika kamu sudah mengakhiri kisahmu, menyudahi semua kenangan-kenangan indah bersamanya, kamu memulai kisah baru. Yang pasti bukan denganku. Justru kisah kita baru dimulai tepat setelah aku mengakhiri kisahku sebelum kamu. Akhir dari kisahku adalah awal dari kisah kita.
                Kamu pernah nonton serial televisi “How I Met Your Mother”? Serial itu tentang Ted Mosby, seorang arsitek, yang menceritakan bagaimana dia bertemu dengan istrinya kepada anak-anaknya. Ted sudah bertemu dengan puluhan wanita, memacari banyak perempuan, tapi tak satupun adalah jodohnya. Sementara teman-teman gengnya, Lily Aldrin, Marshall Eriksen, Robin Scherbatsky, Barney Stinson, yang kebetulan (dan anehnya) saling berpasangan, Ted masih sendiri. Setelah sekian lama mencari-cari si “tulang rusuk” ini, dia ingin menyudahinya saja. Tapi, justru ketika Ted mengakhiri pencariannya itu, dia bertemu dengan jodohnya. Lihat? Akhir dari pencariannya adalah awal dari pertemuan mereka, dan awal dari kisah mereka.
                Mungkin suatu hari aku akan menulis jurnal dengan judul “How I Met Your Father”. Oh, ya, kamu pasti akan kutulis di buku itu. Begitupun mereka yang aku temui sebelum kamu. Dan mereka yang kutemui setelah kamu. Mungkin aku akan bertemu kamu lagi. Mungkin juga tidak, tapi siapa tahu? Yang pasti akan kukatakan pada anakku kelak sebelum mereka membaca jurnalku itu adalah bahwa awal jurnalku hanya akan menjadi awal jurnalku. Tapi, sisi baiknya adalah ketika jurnalku berakhir, akhir itulah yang akan menjadi awal bagian cerita lainnya.

1 komentar: