Oleh : Tasya
@tasyaw_
“Ray udah yuk main lari-lariannya, aku capek” teriakku yang saat itu memang sudah kelelahan.
“Yaudah iya Rio, lagian ini udah sore kita pulang yuk, takut dicari mamah”. Aku dan Ray, kami berdua bisa dibilang cukup bahkan sangat dekat. Usia kami sama sama 6 tahun. Karena hari sudah sore kami pun pulang. Sesekali kita tertawa dalam perjalanan ke rumah.
Rumahku dan Ray memang sebelahan. Kalian tau? Saat aku bermain bersama Ray lah saat paling membahagiakan. Memang pemikiranku terlalu dewasa untuk menyimpulkan seperti itu, yang aku tau aku tidak ingin jauh dari Ray. Karena dia sahabatku
***
“Riooo jalan-jalan ke taman yuk” Teriak Ray dari luar rumahku. Aku tersenyum melihatnya dan mengangguk.
Angin segar disini membuat anak-anak seperti kami senang bermain di tempat ini. Sejuk sekali,dengan rumput hijau serta bunga-bunga indah menghiasi.
“Oh ya yo, ini tadi aku beli robot-robotan 2, ini buat kamu” Ucap Ray sambil menyerahkan robot kuning padaku.
“Wah Bumblebee, keren sekali. Loh katanya 2? Kok kamu cuma ada satu?”
“Iya satunya Optimus Prime, tapi ga aku bawa ada dirumah yo, aku lupa”
“Yaudah kita bareng-bareng aja main ini.”
Sore itu kami menghabiskan waktu bersama di taman itu, begitu senangnya sampai kami lupa waktu. Aku dan Ray, selamanya akan menjadi sahabat. Sahabat yang akan ada dikala apapun. Aku janji.
“Eh yo, tadi mamah aku lagi beresin barang-barang, termasuk baju sama mainan aku, semuanya dimasukin ke koper loh” Ujar Ray ditengah waktu bermain kami.
“Mungkin biar terlihat rapih aja Ray. Eh aku lapar Ray, kita pulang aja ya”
***
Terdengar suara orang berbincang bincang di bawah, aku rasa ada tamu. Ah biarlah, aku pun fokus bermain game online kesukaanku lagi, Hero of Newearth, seperti Dota sih, namun aku lebih suka dengan ini walaupun aku tau lebih banyak yang menyukai game Dota,termasuk Ray. Tapi walaupun kesukaan kami berbeda kami tetap sahabat.
Aku mendengar mamah memanggilku. Ah mengganggu sekali, tapi apa boleh buat. Akhirnya aku menghentikan permainanku. Aku melangkahkan kaki menuju ruang tamu, kulihat 4 orang dewasa dan 1 anak-anak sepertiku, dia Ray. Perbincangan mereka sedikit terdengar olehku “Jeng nanti kapan-kapan main kesini ya, kita disini pasti kangen sama keluarga jeng”. Maksudnya? Aku tidak mengerti.
Saat ini Ray berdiri tepat di depanku, ia menyodorkanku robot Optimus Primenya, senyumku mengembang, itu artinya malam ini kita bermain robot-robotan, yeaaah. Iseng aku bertanya padanya, tumben sekali sekeluarga malam-malam bertamu ke rumahku, tapi dia hanya menjawab orangtuanya ingin pamit dengan orangtuaku. Oh begitu rupanya, aku kira apa.
“Oh ya yo, nanti pagi jam 6 aku tunggu kamu ya di depan rumahku, aku juga mau pamit. Oh ya aku boleh pinjem Bumblebee nya kan? Malam ini kita tukeran, besok pagi aku kembalikan” Ucapnya panjang lebar. Pamit kenapa? Aku tidak mengerti
Aku pun menyerahkan robotku padanya, kebetulan mamah Ray langsung memanggilnya untuk segera pulang.
***
Sinar matahari masuk melalui celah tirai kamarku, silau sekali. Aku pun melihat jam dinding dan… Astaga sudah jam 7 lewat 5. Aku kan sudah janji dengan Ray. Dengan masih memakai piyama aku berlari menuju rumah Ray, aku berteriak memanggilnya tapi nihil. Ku intip dari balik jendela, semuanya kosong. Ray…Ray tidak ada, kemana dia?. Aku pun memberanikan diri masuk ke dalam rumahnya.
Sebuah robot yang bagian tubuhnya terpisah tergeletak dilantai, robotku. Itu robotku? Ray pergi dan sekarang dia merusak robotku?. Ray kamu kemana?. Kamu lupa dengan janji bahwa kita akan menjadi sahabat selamanya?. Kamu tega meninggalkanku. Padahal kamu tau aku sangat membutuhkanmu. Satu kalimat untukmu Ray. Aku benci kamu!!!
***
10 tahun telah berlalu, tiba-tiba saja aku dapat kabar dari mamah bahwa Ray teman kecilku akan bermain disini. Aku kesal mendengarnya, karena aku benci dia. Mamah sempat membujukku dengan mengatakan beribu alasan mengapa Ray seperti itu, tapi tetap saja Ray itu jahat.
“Hai Riooooo” Sebuah suara memanggilku, aku menengok ke belakang dan jelas aku tau siapa dia. Aku pun menghindar dengan berusaha pergi jauh darinya. Dan hal seperti itu sudah aku lakukan selama seminggu ini. Itu semua karena aku benci dia.
***
Ray P.O.V
“Eyang, Rio sekarang berubah, kenapa ya dia benci banget sama aku. Padahal aku bela-belain dari Belanda kesini cuma buat ketemu dia” Aku kini hanya bisa mencurahkan isi hatiku pada Eyangku, karena orangtua masih diluar negeri. Kini aku memutuskan kembali ke Indonesia begitupun dengan Eyang.
“Sabar sayang,nanti juga Rio kembali seperti dulu, oh iya sebentar lagi ulang tahunmu kan? Kamu mau apa?” tanya Eyang padaku.
“Aku cuma mau Rio seperti dulu lagi,menjadi sahabat terbaikku”
***
RIO P.O.V
Saat ini 22 September, setidaknya dulu pernah begitu spesial tapi tidak untuk saat ini. Ya itu hari ulang tahun Ray, walaupun aku benci dia tapi aku masih mengingatnya.
“Rio,aku mau ngomong” Ya siapa lagi jika bukan Ray. Oke untuk sekarang ini aku beri dia kesempatan untuk berbiacara padaku.
“Mau apa kamu? Mau minta maaf? Aku ga butuh maaf kamu, kamu tau? Kamu itu udah buat aku kecewa, dari pergi diam-diam, merusak robotku dan sekarang kembali lagi setelah bertahun-tahun tanpa kabar” Ujarku panjang lebar padanya.
“Maafin aku Rio, aku bisa jelasin semuanya ke kamu, aku tungguin kamu waktu itu, tapi kamu ga dateng-dateng, sampai saatnya mamah menyuruhku buru-buru dan saat itu robotmu terjatuh, maaf aku tidak sempat mengambilnya. Kamu tau? Sampai di Belanda sana aku selalu teringat robot itu, lihat aku sudah memperbaikinya, sekarang kita bisa bermain bersama lagi” Jelas Ray yang diakhiri dengan senyuman, ya aku lihat robot itu sudah benar. Tapi tetap saja masih ada luka dimana dia meninggalkanku selama bertahun-tahun ini.
“Kamu tau Ray? Sejak saat itu aku tidak punya sahabat sebaik kamu. Cuma kamu satu-satunya sahabat yang aku harepin. Dimana lagi aku bercerita sepuasnya tentang Sivia anak komplek sebelah yang aku sukai itu. Kapan kita bermain robot-robotan bareng lagi?. Kapan kita tuker-tukeran bekal makanan. Aku masih ingat saat aku jatuh dan berdarah kamu sigap menolongku. Aku ingat betul semuanya. Tapi tiba-tiba kamu pergi. Pergi jauh dari aku.” Sebagai remaja cowok aku terasa lemah saat ini, mataku mulai berkaca kaca, untung saja aku masih bisa membendungnya.
“Aku janji akan jadi sahabat kamu selamanya, aku janji akan terus ada buat kamu. Kamu mau kan?” Ray melingkarkan tangannya dibahuku. Aku pun tersenyum.
“Oh ya Ray, ngomong-ngomong Happy Birthday ya maaf telat hehe”
“Oke No problem, yang penting keinginanku terkabul” jawab Ray dengan cengiran khasnya.
“Ha? Emang apa keinginan kamu?”
“Ada deh haha, oh iya mulai sekarang aku sudah tidak tinggal di Belanda lagi, aku memutuskan untuk bersekolah disini, sama seperti tempat kamu sekolah , kamu tidak keberatan kan?” Ray terlihat sumringah mengatakannya. Aku senang bisa seperti ini lagi. Aku menggangguk pelan dan tersenyum. Terima kasih Tuhan telah mengembalikan sahabatku. Jangan pernah Kau buat dia pergi lagi.