Parade hari pertama. Menghadap aula, panas menyengatnya matahari membakar punggungku. Mataku melirik ke kanan kiri,melihat ke arah kantin lalu memandangi beberapa orang yang berlalu lalang sembari membawa bermacam jenis es di tangan mereka. Menyeruputnya dengan keras, seakan menggoda kami para peserta OLS. Keringat berceceran ingin ku seka,tapi sedang parade. PARADE. Berdiri tegak diam tanpa melakukan apa-apa. Rasa panas,haus,lapar makin membuatku sebal.
Tiba-tiba segerombol laki-laki lewat, seseorang diantara mereka membuatku terpana. Padahal ia berjalan paling belakang, dia pun tidak tampan tapi.... ada sesuatu yang membuatku senang memandangnya. Rasa lapar, haus, panas dan mengantuk menguap entah kemana. Dia dan gengnya berjalan melewatiku,dia menoleh padaku. Seperti sadar aku memerhatikannya sedari tadi,ah rasanya wajahku memerah. Dia tersenyum, manis sekali. Dan bodohnya,a ku justru menunduk.
Saat aku sadar kebodohanku,dia pun telah berlalu. Aku hanya berharap dia akan lewat lagi untuk membeli berplastik-plastik minuman. Dengan konyolnya,a ku berharap dia memperlambat kecepatan berjalannya hanya karena berharap aku bisa memandangi punggungnya. Konyol bukan?
***
Parade hari kedua. Menghadap aula (lagi) dan berharap mas es teh (mas yang kemarin tersenyum kepadaku) itu akan lewat lagi seperti hari sebelumnya. Aku memanggilnya mas es teh karena diantara kelima temannya,hanya dia yang membeli es teh. Sebuah keunikan tersendiri bagiku.
3 menit parade berlangsung namun mas es teh belum menampakan batang hidungnya. Aku mulai gelisah. Aku jatuh cinta? Mungkin ya, mungkin tidak. Aku hanya ingin melihat senyumannya lagi, pasti akan menjadi batu baterei untukku sehingga aku bisa lebih semangat.
5 menit parade. Ya Tuhan,dia hilang entah kemana. Aku rindu senyumnya.
10 menit parade, aku sudah kehilangan semangat. Aku menengok pelan ke kanan ke kiri. Ada orang yang sedang berjalan, ada yang minum,a da yang makan, ada yang mengobrol,ada yang wudhu,ada yang memakai sepatu di depan mushola,ada yang... Stop,sepertinya aku mengenalnya. Aku mengerutkan keningku,mencoba untuk melihat wajah itu lebih jelas.
Pada menit ke-11 parade,aku berhasil menemukan mas es tehku. Dia baru selesai beribadah,wajahnya cerah sekali,merona. Dia memakai sepatu sambil mengobrol dan tertawa kecil bersama teman-temannya. Untuk yang kedua kalinya,senyumnya menyemangatiku lagi. Walaupun sebenarnyanya senyum itu bukan ditujukan kepadaku tapi aku bahagia. Melihat senyumnya membuatku ikut tersenyum.
***
Parade dan OLS hari terakhir. Masih menghadap aula seperti biasa. Kamu sang mas es teh bersama gerombolanmu sedang duduk manis di depan aula menonton kami sambil tertawa, mengobrol, menunjuk-nunjuk kami seakan kami adalah film kartun dan kalian adalah penonton berusia 3 tahun.
Parade selesai, panitia menyiram kami dengan berember air bunga. Kalian menertawakan kami. Aku tersenyum bahagia,akhirnya ini semua berakhir dan mungkin..aku bisa bertemu dengan mas es teh di lain waktu, selain saat parade. Mas es teh dan teman-temannya pergi ke kantin. Aku dan teman seangkatanku bubar,k ebanyakan dari kami ke kantin membeli minum. Aku pun begitu, membeli minum dan ingin bertemu orang yang ku kagumi selama 3 hari ini.
Sesampai di kantin, aku terkejut. Kau tidak sedang bersama gerombolanmu lagi,tapi bersama seseorang gadis cantik berambut sebahu. Kau tersenyum amat manis, memamerkan gigimu padanya. Kau membagi es tehmu dengan gadis itu.
Detik itu aku sadar, kau hanyalah mas es tehku dikala parade. Parade lah yang menghidupkanmu. Di luar parade, aku harus terima bahwa kamu adalah kamu. Bukan mas es tehku.
Aku hanya bisa diam,memandangmu, mengagumimu dari jauh. Menjadi pengagum rahasia, aku janji tak akan ada seorangpun yang akan mengetahui perasaan ini. Terasa sesak memang hatiku tapi aku senang melihatmu dapat membagi senyum dengan seseorang.
Oh ya. Hai mas es teh. Ternyata parade dan kamu memiliki suatu kemiripan. Sama-sama membuatku berdiri terdiam tanpa bisa melakukan apa-apa.