Jumat, 08 Juli 2011

Rumah Sementara


Oleh: Aulia

Ini kali pertamaku melihat layar yang sangat lebar membentang di depan mata. Tempat duduknya empuk, ada sandaran kepala dan tangan. Sayangnya terlalu berdempetan menurutku. Dan satu hal lagi, sangat dingin. Sial sekali aku hanya berbekal kaos sesiku dan celana selutut plus tas slempang yang menemaniku hari ini. Tak ada yang bisa menghangatkan badan, walaupun begitu, aku ingin tetap berada disini.

Aku tersenyum sumringah. Aku menengok kanan dan kiriku. Semuanya tampak sibuk dengan diri sendiri. Ada yang memainkan handphone-nya, ada yang mengobrol santai dengan temannya... kulihat diriku. Hanya sendirian. Ah tak apalah, yang penting uang selembarku yang berwarna hijau itu akhirnya bisa aku belikan tiket bioskop. Walaupun minus makanan dan minuman. Harusnya aku menyelundupkan beberapa makanan atau minuman kedalam tasku. Mungkin mbak-mbak cantik yang ada didepan ruangan tadi tidak akan mempehatikan. Tapi aku enggan untuk kembali keluar. Aku bisa rugi waktu kalau tiba-tiba yang kutunggu sudah dimulai.

Mataku mulai menutup saat tiba-tiba ruangan menjadi gelap perlahan. Layar mulai menampakkan kilasan gambar-gambar yang akan dimulai. Tak sempat kulihat apa judulnya, tapi aku menebak sepertinya ini film yang agak seram. Dengan muka setan yang mengerikan didepan poster, aku sudah cukup merinding. Tapi toh, bukan itu tujuanku kesini. Durasinya kira-kira 2,5 jam. Cukup tidak ya? 

Cukuplah.

Untung bioskop tidak begitu penuh. Aku kembali melirik kiri dan kananku, gelap. Tidak ada yang memperhatikan.

Aku mulai menutup mata.

***

"Mas? Mas?"

Aku merasakan bahuku ditepuk beberapa kali. Aku membuka mata perlahan, silau. Ternyata lampu sudah mulai dinyalakan. Seorang mbak cantik yang aku kenal sebagai penjaga depan ruangan dengan seorang laki-laki berseragam hitam tampak kebingungan didepanku. Aku mengucek mata.

"Mas filmnya sudah selesai. Kalau memang Mas mau tetap disini untuk menonton lagi, Mas harus beli tiket lagi,"

Ah... aku mulai mengerti maksud kedua orang itu. Aku rasakan badanku kedinginan, rasanya beku. Aku berusaha tersenyum lalu menggeleng kecil. "Tidak, tidak usah. Saya mau keluar."

Meninggalkan kedua orang kebingungan itu, aku berjalan dengan santai sambil tersenyum lebar. Akhirnya... aku bisa tidur dengan nyenyak selama 2,5 jam. Uangku hilang untuk membeli tiket, tapi tidak apa. Yang kudapatkan sepadan. Setelah kehilangan rumah dan berjalan tak tentu selama seminggu lamanya... Yah, aku kembali pulang. Entah pulang kemana...

Terimakasih, bioskop.

Hidupku adalah Film


Oleh: Fakhri.Azzumar
fakhrindonesia.blogspot.com 
@fakhriazzumar

Hidupku,
Menelisik sejenak dan menghela nafas di pagi ini. Selalu saja waktu pagi yang selalu aku ingat untuk mengawali hari-hariku di setiap harinya. Pagi terasa menyegarkan dan terasa semuanya begitu indah. Mengawali semuanya dengan membuka kelopak mata dan duduk sejenak di tempat berbaringnya aku tadi malam. Mengusapkan muka dengan air di pagi ini terasa mencerahkan semua pandangan mata dan menyegarkan pikiran ini dari kawalan mimpi yang menyerang saat tidur tadi. 

Adalah
Sebuah ketidakpastian untuk membuat sebuah perjalana di setiap harinya. Tidak pernah tau akan kemana, mau apa dan akan dibagaimanakan hariku pada saat ini. Hidup ini seperti film, itu menurutku dan beberapa musik yang selalu aku dengar. Setiap hari adalah film bagi hidupku. Setiap awal dari hidupku adalah permulaan dari film yang aku buat hari ini. Setiap perjalanan sudah mulai berjalan itu menjadi bagian dalam film yang secara tidak sengaja aku buat. Saat masalah datang, itu juga adalah sebuah bagian dari film yang aku buat. Adalah sekarang aku termenung didepan sebuah laptop itupun menjadi film bagiku. Entah ini menjadi film terakhir dalam hidupku atau ini baru pertengahan jalan dalam film ini. Kini angin berhembus kencang kedalam kamarku dan aku harus menutup pintu kamar ini, menutup kedua kelopak mata ini untuk melihat film apakah untuk keesokan harinya.

Film
Umurku saat ini 19 tahun, bisa dibilang muda untuk yang merasa seumuran denganku dan dibilang tua oleh para anak kecil yang bermain kelereng di sebuah gang sempit itu. 19 tahun tanpa sadar aku membuat film untuk diriku sendiri, tak pernah berfikir bahwa semuanya itu adalah film terbaik sepanjang masa hidupku. Dalam film ini aku menjadi aktor, figuran, produser, sutradara dan penyunting dari film ini. Sebuah perpaduan yang indah, satu film dengan satu bintang yang mengambil semua peran yang berhubungan dengan film. Kini, film yang dahulu pernah kubuat akan kucoba untuk menyimak lagi. Film yang aku miliki adalah, cinta, kasih sayang, kecewa, putus asa, kesenangan, kenangan dan perjalanan. Semuanya terangkum didalam hati dan pikiran. 

"Saat ini, aku hanya menunggu kapan film itu berakhir dan film itu akan dikenang oleh banyak orang yang menyayangi dan mencintaiku."

Tema 8 Juli 2011

Selamat malam!

Liburan ini kemana aja nih #smandacivil? Banyaknya film-film baru liburan ini mengundang kalian untuk mampir ke bioskop terdekat enggak? Kalaupun enggak, punya pengalaman yang mau di-share tentang sesuatu yang berhubungan dengan bioskop? Yap, karena malam ini kami akan memberikan tema "BIOSKOP" untuk kalian.

Tertarik? Kami tunggu hasil karya kalian seperti biasa, sampai jam 10 malam ya! :)

Yang Terbaik Dari "Sahabat"

Halo #smandacivil :D

Sudah liat karya-karya #smandacivil untuk tema 'Sahabat' malam kemarin? Mana yang kalian suka? 

Yep, kali ini hasil karya tulis terbaik ternyata dibawa oleh Riza Rahmah Angelia dengan puisinya yang berjudul Tak Kan Sirna. Kenapa? Tulisannya yang sederhana, pemilihan kata yang simpel namun sarat makna juga tertata rapi membuat puisinya enak dibaca.

Selamat untuk Riza. Yang lain tetap semangat untuk menulis ya! :)