Senin, 04 Juli 2011

Malapetaka di Hari Senin

Oleh: Nia Priscilla
@priscillania

Seperti senin yang lalu-lalu, sangat malas untuk beranjak dari tempat tidur. Entah kenapa, hari senin adalah hari yang paling malas untuk sekolah,tepatnya malas untuk bangun pagi. Padahal kemarin adalah "surganya" malas-malasan dan sekarang harus mengikuti upacara yang artinya panas-panasan dan juga lelah berdiri kurang lebih 30 menit. Namanya juga cewek, pasti sedikit enggan untuk melakukan hal seperti ini. 

Saya mulai beranjak dari tempat tidur dan bergegas mandi karena waktu mulai tak bersahabat. Ya..lebih baik ikut upacara, ketimbang harus berdiri 2 jam pelajaran penuh. Kelas masih agak sepi ketika saya datang. Jam hampir menunjukkan pukul 06.45, satu persatu anak-anak datang dan mulai mengambil topinya masing-masing. Ketika bel berbunyi, kami langsung memasuki lapangan yang sudah ramai dipenuhi anak-anak kelas 1,2 dan 3. Seperti biasa, aku panik dan berlari-lari kecil agar cepat sampai di lapangan. Pernah, saya dan teman-teman kelas saya di squat jump karena kami telat memasuki lapangan upacara. Itulah yang membuat saya selalu panik ketika mendengar seorang guru berbicara lewat microphone. Saya berbaris di tengah-tengah, tidak terlalu depan dan tidak juga terlalu belakang. Strategis. Strategis untuk mengobrol dengan teman, untuk menghilangkan rasa bosan ketika berlangsungnya kegiatan upacara ini. Ketika asiknya mengobrol, saya baru sadar kalau dari tadi, saya dilihat oleh salah satu guru yang bisa dibilang sangar hehe. Alhasil saya langsung diam seribu bahasa. Beliau masih saja memperhatikan ke arah kelas saya, padahal saya sudah mengeluarkan jurus diam saya, yaitu dengan masang muka polos&kalem. Ketika hormat pada bendera, 3 orang teman yang baris di belakang saya terdengar ribut sekali. Cekikikan ngga jelas. Mulai deh dag dig dug ser lagi. Takut,taku beliau datang ke barisan saya. Guru itu tetap memperhatikan kami, sampai saatnya......beliau datang ke barisan kelas saya dan langsung menyeret 3 orang teman saya yang tadi bercanda melulu ke tempat barisan khusus murid yang kena pelanggaran. Saya bernafas lega, untung bukan saya, tapi...antara lega,kasian dan nahan ketawa! Kalau kesalahan mereka karena ngoobrol saat upacara, kenapa saya dan teman saya yang saya ajak ngobrol tadi tidak ikut baris di sana? Bingung.

Upacara kali ini ternyata tidak seperti upacara biasanya, berasa cepat. Biasanya, upacara itu berasa lama,upacara juga tempat di mana asik memikirkan segala sesuatu yang ada di pikiran saya dan tempat untuk mengobrol guna menghilangkan kebosanan dan panas yang menyengat. Tapi kali ini saya diam seperti patung. Tidak peduli panas atau capek yang mendera. Saya masih memikiran 3 orang teman saya itu. Dan juga takut, kali kali guru itu datang lagi. Upacara telah usai, saya dan teman-teman tidak langsung pergi ke kelas, kami ingin tahu bagaimana nasib 3 orang teman kami. Kami memutuskan untuk pergi ke kantin karena tidak jauh dari lapangan dan masih bisa melihat nasib 3 orang teman kami.  

Sungguh naas, mereka mendapat hukuman, yaitu hormat pada bendera selama....20 menit. Keadaan di lapangan masih ramai, banyak anak-anak yang kumpul ekstrakulikuler. Di masjid, di depan lab bahasa, di tengah lapangan dan juga di dekat tiang bendera. Betapa malunya mereka harus hormat di tengah lapangan dan dilihat oleh anak-anak satu sekolah. Dari situ, saya masih bingung. Apa kesalahan mereka? Sampai-sampai harus hormat pada bendera selama 20 menit.

Selesai menjalankan hukuman, dengan muka mereka yang antara mau ketawa dan malu mulai memasuki ruangan kelas. Ya...jailnya anak-anak kelas, mereka langsung menertawakan 3 orang temanku, termasuk aku. Bagaimana tidak ketawa? Ini hal yang jarang banget terjadi. Bener-bener bahan untuk tertawaan. Mereka yang harus menahan rasa malu, apalagi malu sama gebetan mereka. Rasanya sudah seperti orang gila yang menari-nari di tengah jalan.

Rasanya tak sabar mendengar cerita mereka dan juga menjawab kebingungan yang ada di otak saya. Dan ternyata......mereka di hukum karena.....

Toast ketika hormat pada bendera. 

Iseng. Ya..iseng sekali. Saking ga ada kerjaannya mereka toast tengah-tengah upacara, entah apa yang mereka bahas.

Melalui kejadian ini, saya mendapatkan pelajaran. Untuk tidak lagi terlalu ribut saat upacara. Dan senin kali ini adalah senin yang tentunya tidak mereka lupakan. Toast pembawa malapetaka. 

Ini cerita mereka...

Bangun Kawan, Senin Bukanlah Bencana

Judul : Bangun Kawan, Senin Bukanlah Bencana
Oleh : M. Ibnu Fajri, @ibnufm, http://throughmyfence.blogspot.com/

04.45 subuh, alarm berbunyi di hari senin, “YAAAH SENIN LAGI...”, rasanya malas sekali untuk bangun, tapi ini hari senin, awal minggu dalam kalender, ya, minggu baru, semangat baru. Akhirnya aku cukup kuat untuk bangun, melangkahkan kakiku dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka menuju kamar mandi. Setelah bersih dan tampan (maaf narsis sedikit), aku memakai t-shirt dan sarung lalu menghadap tuhan, bersyukur atas semua nikmat, memohon perlindungan, berkah dan ampunan dalam aktivitasku hari ini. Selanjutnya sarapan dan menyiapkan buku, Hah! Biologi! Seni! Kimia! Pengayaan!!! ya, ini memang berat, namun sudah tekadku dari bangun untuk sungguh-sungguh menjalani hari ini, sekali lagi, hari senin menyumbang motivasi besar dalam semangat untuk sekolah.


Perut sudah aman, fisikpun sudah tampan (maaf narsis sekali lagi) aku memakai seragam, pamit kepada orangtua yang telah tulus mengasuhku yang merepotkan ini, motivasiku pun bertambah besar setelah berpamitan dan mendapatkan uang saku, dan inilah berkah di hari senin, uang jajan! oke, aku mulai mengayuh sepedaku menuju sekolah, terlihat di sepanjang jalan semangat orang-orang yang bersemangat untuk beraktivitas di hari senin, mendorongku untuk lebih bersemangat lagi.


Sampai di sekolah, ku sandarkan sepeda ku dan menuju kelas, teman-teman sudah bersiap untuk upacara bendera, tak lama kemudian upacara dimulai, disini lah hal-hal yang tidak ada di hari lainnya, penghormatan kepada bendera, satu lagi bentuk syukur kepada tuhan, kami dapat hidup bebas di tanah yang kita pijak sekarang. Oke berlanjut amanat, memang membosankan, tapi lihat hasilnya, kami dapat oleh-oleh motivasi, wejangan bahkan amanat, hal-hal yang tidak ada dalam kurikulum sekolah, otot kaki pun terlatih karena menahan beban tubuh yang terus harus berdiri. Dilanjutkan dengan kumpul ekskul, mempererat tali silaturrahmi sesama anggota organisasi. Dari sini sudah terlihat, bagaimana senin membawa semangat dan berkah untuk satu minggu kedepan bahkan selamanya. Selanjutnya, hari-hari berlangsung seperti biasa dan aku kembali mengayuh sepeda ke rumah untuk relaksasi fisik, mental dan spiritual. Cukup! jangan terlena! aku harus kembali mempersiapkan semuanya, SEMUANYA! pelajaran, kondisi fisik bahkan ketenangan jiwa untuk aktivitas esok hari. Oke, tidak berlebihan jika saya katakan senin merupakan hari yang menyebalkan, tapi bangun kawan! bangun! jika start kita buruk maka finish kita juga buruk! senin bukanlah suatu bencana yang harus kita hindari, tapi berkah dari tuhan dalam menjalani aktivitas seminggu kedepan.


Senin Bahagia atau Duka?

Oleh: Tasya
@tasyaNRG


Senin 4 Juli 2004
Langit mendung menyelimuti sore Senin ini, kebetulan aku baru saja ingin pulang dari rumah seorang teman yang letaknya jauh dari rumahku. Aku pun memacu motor. Namun di tengah perjalanan tiba-tiba cuaca tidak bersahabat denganku, hujan turun bak orang yang sedang marah besar, sangat deras. Aku yang sudah basah kuyup memutuskan berhenti dan berteduh.

Aku berteduh disebuah pohon besar yang dibelakangnya terdapat sebuah rumah. Andai saja pemilik rumah itu keluar dan membiarkan aku masuk. Dan rasanya pikiranku sampai kepada pemilik rumah, karena belum sampai 5 menit keluar seorang gadis cantik yang terlihat seumuran denganku.

“Lagi berteduh mas? Sini masuk, percuma berteduh disitu. Yang ada takut kena petir” ujar gadis itu mempersilahkanku masuk. Gadis yang cantik, baik pula.

Aku yang benar-benar kedinginan karena basah kuyup akhirnya menurut saja dan masuk ke rumah yang ruangannya rapi, bersih, dan sepi. Ya menurutku sepi sekali, sepertinya tidak ada orang selain dia.

“Neng, maaf ngerepotin.  Ngomong-ngomong orang rumah kemana semua?” tanyaku yang begitu penasaran.
“Orangtua aku sedang pergi keluar kota mas, oh iya sebentar aku ambilkan minum dan handuk ya” jawab gadis itu ramah, sepertinya aku begitu terpesona olehnya.

Tak berapa lama gadis itu datang dan membawakanku handuk dan teh hangat. Kemudian kami pun larut dalam obrolan kami.

Singkat cerita aku mengetahui nama gadis itu, dia Rahma beda 2 kelas dibawahku. Dia cantik, baik, putih dan ramah. Dan baru kali ini aku memandang spesial seorang gadis padahal baru sekali bertemu. Oh iya, dia juga mengatakan padaku, jika aku ingin bertemu dengannya datanglah setiap hari Senin pukul 4 sore. Aku sempat menanyakannya mengapa harus hari Senin?. Dia bilang dihari itu orangtuanya sedang  tidak ada. Aku pun janji akan kesini lagi

Senin 11 Juli 2004
Hari ini hari Senin, seperti janjiku pada Rahma aku akan pergi ke rumahnya, butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai disana. Aku menikmati setiap menit perjalananku kesana. Karena yang aku pikirkan aku akan bertemu Rahma, ya Rahma gadis yang seminggu ini membuatku tidak bisa tidur.

“Eh Tio, ternyata kamu datang juga” ujarnya tiba-tiba ketika aku baru saja sampai didepan rumahnya.
“Eh iya nih,hehe”
“Yaudah yuk masuk”

Aku pun berjalan memasuki rumahnya. Pandanganku tertuju pada tumpukan kayu yang sudah sangat hitam di samping rumah, Ah ngapain juga aku melihat itu.
Dan seperti biasa hari ini aku habiskan waktuku untuk mengobrol lebih jauh tentangnya.

Senin 18 2004
Hari ini aku sedikit telat datang kerumahnya, ya mungkin sekitar 30 menit. Sudahlah yang penting aku tetap bisa bertemu dengannya. Dia yang merupakan cinta pertamaku. Aku sudah benar-benar menyukainya
Jam menunjukkan pukul 08.15, lebih baik aku pulang saja, sudah terlalu malam, tidak enak jika tetangga melihatku keluar bertamu malam-malam.

Benar saja ketika aku baru keluar dari rumah, hampir semua orang yang saat itu berada di sekitarku memperhatikanku, seolah-olah berkata “Apa yang sedang aku lakukan?”. Ah sudahlah, yang penting aku segera pulang.

Senin 25 Juli 2004
Aku sampai di depan rumah Rahma, keadaanku sama seperti waktu pertama menginjakkan kaki ke rumah ini, basah kuyup. Tadi di tengah perjalanan tiba-tiba hujan.
Saat ini Rahma mengenakan kaos pink motif bunga dan celana selutut lagi. Ya setiap aku main kesini sepertinya aku melihat dia selalu mengenakan pakaian ini. Mungkin gaya dia memang seperti ini, tapi bagiku dia tetap cantik.
Aku sempat menanyakan perasaannya,dan dia bilang dia juga menyukaiku,beruntung bukan? Tapi aku tidak ingin terburu-buru menembaknya.

Senin 1 Agustus 2004
Sepulang dari rumah Rahma, aku didatangi orang orang yang tidak aku kenal sebelumnya.
“Kamu teh ngapain sering kesini?” tanya orang itu
“Cuma main ko, hehe. Maaf ya bu saya harus segera pulang” tanpa basa basi aku pun langsung mengegas motorku, bukannya aku tidak sopan,hanya saja aku cepat pulang.

Senin 8 Agustus 2004
Hari ini aku sakit,jadi aku tidak bisa pergi ke rumah Rahma, sedih sih tapi masih ada Senin Senin berikutnya.

Selasa 9 Agustus 2004
Tadi malam aku mimpi buruk. Rahma marah karena aku tidak datang kemarin. Tidak begitu buruk sih, tapi bagiku jika dia marah,aku jadi tidak tenang. Karena kekhawatiranku itu hari ini aku berniat pergi ke rumahnya. Melanggar janji karena bukan hari Senin? Ah sudahlah yang penting aku ke rumahnya.

Saat ini, tepat aku berada di depan rumah Rahma, ya harusnya begitu tapi ada yang aneh disini. Hanya ada puing-puing bekas kebakaran. Jangan-jangan rumah Rahma kebakaran kemarin? Apa Rahma baik-baik saja? Begitu banyak pertanyaan dalam benakku, dan semuanya terjawab saat Ibu-ibu yang pernah bertanya padaku menjelaskannya.

Dia bilang rumah ini sudah tidak ditempati sejak 2 tahun lalu karena kebakaran. Apa? 2 tahun? Lalu selama ini Rahma itu siapa?. Ibu itu menjelaskan lagi bahwa Rahma adalah gadis yang meninggal saat kebakaran itu, saat itu Rahma sedang di rumahnya sendirian pada hari Senin tepat jam 4 sore. Keluarganya yang shock karena Rahma meninggal pindah ke Batam karena begitu banyak kisah pahit di kota ini.

Ya kini semua keherananku terjawab, termasuk kaos yang selalu ia pakai. Ada yang bilang yang terakhir bertemu dengan Rahma adalah temannya, saat itu Rahma memang menggunakan kaos pink motif bunga dan celana selutut.
Rahma, cinta pertamaku yang datang di hari Senin ternyata hanya sebuah jiwa yang seharusnya telah mati meninggalkan dunia ini.

Selamat tinggal Rahma,terima kasih atas kenangan yang entah membuatku senang atau sedih.

Seninku

Oleh : Amalina Salsabil
@salsalina_

Dulu....
Senin membuatku cemas
Membuatku malas untuk beranjak dari tempat tidurku
Membuat hatiku tak karuan dari malam sebelumnya

Senin selalu membuat hatiku cenat-cenut
Cemas dengan apa yang akan terjadi nanti
Pikiranku selalu dan selalu tertuju padamu
Bahkan saat upacara bendera tengah berlangsung

Akhirnya tibalah saatnya bertemu denganmu
Jam ke-3 adalah waktunya
Ya, waktu untuk bertemu denganmu wahai senseiku

Ini seninku, bagaimana seninmu?

Antara Senin dan Dunia

Oleh: Yudhistira Dwi A.
@yudhistiradwi / http://pintabo.blogspot.com
Senin, hari kedua dalam sepekan. Hari pertama masuk kerja serta masuk sekolah. Di seluruh Indonesia dan seluruh dunia tentunya ada banyak orang yang merasa ingin hari Senin ini dihilangkan atau mungkin dimusnahkan selama-lamanya karena hari Senin hari dimana mereka mulai melakukan aktivitas rutinnya kembali. Sebagian dari mereka selalu berkata “I hate Monday”. Tapi, tau gak? Rata-rata orang yang bilang “I hate Monday” adalah orang yang tidak bersyukur atas pekerjaan yang dimilikinya. Mengapa mereka tidak menghargai hari Senin padahal dilain tempat banyak orang yang tidak mempunyai pekerjaan? Oleh karena itu mari mulai sekarang berkata “I like Monday” agar kita lebih bersyukur karena memiliki pekerjaan yang menghasilkan pendapatan sehari-hari atau bersyukur dapat bersekolah dan mencari ilmu.
 
Hari dimana banyak orang tidak menginginkannya
Hari dimana banyak orang ingin meloncatinya
Hari dimana banyak aktivitas dimulai
Hari dimana banyak orang tidak mensyukuri pekerjaannya
 
Hari Senin
 
I Like Monday from NOW

Rutinitas Awal Minggu

Oleh: Faishal Rachman
@icalomagico, www.icalomagico.blogspot.com


Cek-cek, 1, 2, 3, cek baby cek (oke, berasa vokalis band), apa kabar semua? Sehat? Jangan lupa, walau sedang libur kita harus tetap makan, okey? Kali ini tentang Senin saya, mengapa disebut Senin saya? suka-suka dong, mau tau aja, huuuu #ditoyor, maksudnya adalah hari Senin yang dialami oleh saya hehe.

Sebagai seseorang yang masih menjabat pelajar, tentu hari Senin saya diawali dengan bangun pagi, siap-siap sekolah dan upacara, sarapan, cium tangan orang tua, kecup adik, dan sebagainya, tentunya juga jemput pacar #gak #yanginibohong, tapi apakah rutinitas itu membuat kita bosan? Menurut saya rutinitas itu tidak menimbulkan kebosanan, lebih membosankan bila kita menggangur, kita akan kesulitan mengisi waktu luang dan timbulah kebosanan, apalagi kalau ga punya pacar (PACAR LAGI), ya maklum, namanya juga lagi nyari hehe.

Hal pertama yang dilakukan saat sudah sampai sekolah biasanya adalah percakapan yang memiliki kesan intelektualitas tinggi, contohnya "Kemarin Ronaldinho ngegolin loh, padahal jelas-jelas offside!", atau "Kamu nonton acara Global TV yang kemarin gak? Itu loh yang Minggu siang, acara keagamaan gtuh, iya, ada Laura Basuki-nya, gila, cakep banget, sayang sekarang udah nikah, dan katanya ga mau eksis di infotainment lagi." #pentingabis.

Upacara, saya selalu semangat saat diadakannya momen sakral ini, karena bisa buat ajang mejeng hehehe, kapan mejengnya? Tentunya dengan teriak-teriak sekenceng-kencengnya saat pembacaan Pancasila dan nyanyi lagu Nasional hahaha, ya saya juga tau kalau suara saya tidak indah, tapi setidaknya bisa menggetarkan hati hehe. Sebenarnya memang ada saat mejengnya, yaitu ketika pembagian piala atau piagam di akhir upacara, tapi yang ini saya ga pernah menerima tuh, ya memang gak pernah ikut kejuaraan apa pun, ya ibaratnya saya siswa buat ngisi kuota kelas aja, kalau menang juga mungkin kategori hidung tereksotis satu angkatan #sedih. Ini bualanku, apa bualanmu? #ditoyor

Biasanya Senin juga awal kembalinya hati menjadi agak terusik (kalau ga mau dibilang patah hati), gimana enggak? Kelar upacara, banyak sejoli yang berpacaran, di depan kelasnyalah, di kantinlah, apa sih maksud mereka? Mereka ga tau emansipasi kaum jomblo apa? Katanya kita ini saudara?! Hal itu berlangsung juga saat istirahat pertama dan kedua, mereka sungguh tidak peka, ga tau aja, jomblo itu bahagia yang belum waktunya, jomblo itu bikin kita irit, jomblo itu ga usah sering-sering beli pulsa, jomblo itu bisa main game tanpa ada yang ngusik, jomblo itu ga usah antar sana antar sini, jomblo itu ga usah capek-capek tiap malem nyepikin cewek. Asyik kan?! Kapan lagi jomblo, apalagi untuk yang cantik, cantik-cantik kok ga jomblo?

Ingat kata-kata ini, "Mensanaingjomblosano, di dalam setiap jomblo yang bertebaran di dunia, ada pisang dibaliknya, maksudnya adalah buah yang mengandung banyak manfaat." Ya, emang aneh dan absurd banget quotesnya, suruh siapa baca hehe. Jadilah jomblo-jomblo yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar! buat kamu yang masih jomblo hari Senin, kasian deh lu.....

Akhir dari artikel (biar keren aja bilangnya artikel) saya mohon uang dan bantuannya, apalagi untuk salah satu anggota Jurnalistik yang kehilangan motornya, kasian banget dia #makinganyambung. Well, see you next time guys!

Tema 4 Juli 2011

Selamat malam #smandacivil :D

Gimana liburan kalian? Disela-sela liburan ini kami ada tema baru lagi nih buat hari ini. Apa ya? Liburan kayak gini masih ada yang inget gak sekarang hari apa? Yak... "SENIN" bakal jadi tema #penulismanda buat malam ini. 

Punya cerita menarik tentang 'Senin'? Kirimkan karya tulisan kalian, seperti biasa kami tunggu sampai jam 10 malam ya! :)

Yang Terbaik Dari 'Televisi'

Dari tema Televisi kemarin tulisan yang masuk cuman tiga nih, pada kemana #smandacivil ?

Tapi dari karya tulisan yang masuk seperti biasanya ada satu karya yang kami pilih sebagai karya terbaik. Dan kali ini karya terbaik diberikan kepada Faisal Rachman dengan judul TV Oh TV dengan alasan ceritanya menghibur yang sepertinya curcol dari sang penulisnya mendapatkan nilai plus. *tepuktanganseruangan* 

Selamat ya Mas Ical, semoga cepet dapet jodoh! #smandaberdoa
Buat penulis yang lain tetap semangat ya!
Oleh: Dita Sesylia F.
@ditasesil
 
       Derap hujan berlomba membasahi tanah di awal Desember. Hari nan indah bagi gadis kelas dua SD yang sedang duduk bersender di bingkai jendela kamarnya sambil menadahkan tangan pada titik-titik air yang jatuh, penyuka hujan, dia pun membayangkan dia bisa terbang bersama naga ataupun pergi ke dunia yang indah di dasar laut. Dia suka berimajinasi, dan tayangan di TV selalu menjadi sumber imajinasinya. Bersama Hakam dan Ara, dia berimajinasi sebebas mungkin melepaskan kenyataan yang datar dan menggantungkan impian nan hebat. Nina, begitu dia dipanggil.
       "Nina! Nina! Main yuk! Mumpung udah enggak hujan, aku sama Ara punya berita bagus nih." Tiba-tiba terdengar suara Hakam di balik rindangnya pohon.
       "Tapi, Kam, sebentar lagi kan kartun 'Bonar Punya Naga' di TV mulai. Ceritanya lagi seru!" Jawab Nina lantang yang masih duduk bersender di kokohnya mahoni, bingkai jendela kamarnya.
       "Ini lebih hebat dari itu, Nin! Hanan tadi bilang ke aku kalau ada naga di sungai batu ujung kompleks." Terang Ara membujuk Nina, "kita berdua mau lihat naga nih, kamu mau ikut enggak?"       "Oh ya?! Wah aku harus lihat! Aku ikut ya?" Langsung saja Nina meloncati bingkai jendela kamarnya, "Ibu aku main dulu ya, sup jagungnya jangan dihabisin ya, Bu?" Teriak Nina tanpa mengindahkan sautan Ibunya sambil berlalu.
       Sesampainya mereka di sungai batu, mereka hanya melihat batu-batu basah yang dilalui air sungai dengan tumbuhan hijau yang menggantung di sisi sungai, dan kerumunan anak-anak sepantaran mereka, bukan naga. Awalnya dengan sabar, mereka menunggu naga keluar menapakkan diri, namun setelah dua jam duduk di pinggir sungai dan matahari sudah mendekati garis barat, mereka pun menyerah. Tampak wajah yang gelisah dengan berbagai keluhan.
       "Ra, Nin, pulang yuk! Naganya lama, nyebelin." Ajak Hakam.
       "Iya, aku juga capek, nih lihat! Udah jam empat sore." Balas Ara.
       "Iya, sama aku juga, eh kalian laper enggak? Main ke rumah aku dulu yuk! Ibu tadi siang bikinin sup jagung, mau kan?" Tawaran Nina seperti angin surga untuk Hakam dan Ara yang memang dari tadi kelaparan. Tanpa basa-basi Hakam dan Ara pun mengangguk.
       Sesampainya mereka di rumah Nina, mereka langsung disuguhi sup jagung buatan Ibunya Nina. Seraya membuat  lahapan besar untuk sup jagung, Nina, Hakam, dan Ara pun menceritakan tentang apa yang terjadi tadi. Dengan seyuman hangat, Ibunya Nina pun merespon cerita mereka, "Jadi semua ini gara-gara TV toh? Hmm anak-anak, naga itu tidak ada, naga hanyalah legenda dari negeri Cina yang tidak diketahui kejelasannya, nah sama orang-orang zaman sekarang, naga dijadikan tokoh fiktif di TV, tidak beneran ada, supaya tontonan yang mereka bikin jadi menarik."
       "Berarti naga itu enggak ada ya, tante? Selama ini TV ngebohongin kita dong, tante? TV jahat dong sama kita?" Tanya Ara penasaran.
       "Bukan gitu, Ara, TV itu memberikan kita hiburan, dan hal-hal seperti naga, bidadari, cermin ajaib, monster, yang sering kalian lihat hanya hal pendukung supaya ceritanya keren. Kita juga harus menyaring dulu tontonan yang kita lihat. Kita harus tahu mana sisi baik sama sisi buruk dari tontonan yang ada. Nah yang sisi baiknya kita ambil dan sisi buruknya kita buang."
       "Oh, gitu ya, Bu? Jadi nonton TV juga harus berpikir dong? Belajar harus berpikir, nonton TV juga berpikir, capek, Bu." Celoteh Nina.
       "Hus! Jangan gitu, Nina, setidaknya itu supaya kamu bisa mengambil pesan kehidupan yang ada di tontonan yang kamu lihat di TV, nah itu dia sisi baiknya tontonan di TV."
       "Emang tante yakin, semua tontonan ada di TV ada pesannya? Ada sisi baiknya?" Celetuk Hakam.
       "Sebenarnya sih tante enggak yakin karena zaman sekarang tontonan itu enggak semuanya mendidik, tau kan? Tapi pada dasarnya sebuah cerita ataupun tontonan harus ada pesannya loh, dan untuk semua tontonan buat kalian tante yakin pasti ada pesan-pesannya, coba deh kalian cari tiap tontonan anak-anak yang kalian tonton, melatih otak juga loh, biar kalian lebih peka. Menguntungkan kan? Selain kita terhibur, kita juga terdidik."
       "Oke, tante," jawab Ara semangat, "Hakam, Nina, besok kita nonton 'Bonar Punya Naga' barengan yuk! Terus kita cepet-cepetan nyari pesan deh di ceritanya, gimana?" Tantang Ara dengan ekspresinya yang lucu.
       "Siapa takut! Hahaha..." Jawab Nina dan Hakam berbarengan ditemani tawa yang ceria.
       Selepas menghilangkan rasa lapar, Hakam dan Ara pulang ke rumah masing-masing. Hari ini begitu menyenangkan bagi Nina, Hakam dan Ara karena mereka bertiga, mendapatkan sebuah pelajaran akan apa yang terjadi siang ini. Naga itu tidak ada, hanyalah tokoh pendukung dalam sebuah cerita agar lebih menarik, tayang di TV ataupun cerita di dongeng juga hakekatnya memiliki pesan kehidupan dan pesan itu harus dicari, juga sebagai penikmat karya, menyaring apa yang diberikan adalah suatu keharusan agar tidak terjadi salah paham.