Oleh: Nia Priscilla
@priscillania
Seperti senin yang lalu-lalu, sangat malas untuk beranjak dari tempat tidur. Entah kenapa, hari senin adalah hari yang paling malas untuk sekolah,tepatnya malas untuk bangun pagi. Padahal kemarin adalah "surganya" malas-malasan dan sekarang harus mengikuti upacara yang artinya panas-panasan dan juga lelah berdiri kurang lebih 30 menit. Namanya juga cewek, pasti sedikit enggan untuk melakukan hal seperti ini.
Saya mulai beranjak dari tempat tidur dan bergegas mandi karena waktu mulai tak bersahabat. Ya..lebih baik ikut upacara, ketimbang harus berdiri 2 jam pelajaran penuh. Kelas masih agak sepi ketika saya datang. Jam hampir menunjukkan pukul 06.45, satu persatu anak-anak datang dan mulai mengambil topinya masing-masing. Ketika bel berbunyi, kami langsung memasuki lapangan yang sudah ramai dipenuhi anak-anak kelas 1,2 dan 3. Seperti biasa, aku panik dan berlari-lari kecil agar cepat sampai di lapangan. Pernah, saya dan teman-teman kelas saya di squat jump karena kami telat memasuki lapangan upacara. Itulah yang membuat saya selalu panik ketika mendengar seorang guru berbicara lewat microphone. Saya berbaris di tengah-tengah, tidak terlalu depan dan tidak juga terlalu belakang. Strategis. Strategis untuk mengobrol dengan teman, untuk menghilangkan rasa bosan ketika berlangsungnya kegiatan upacara ini. Ketika asiknya mengobrol, saya baru sadar kalau dari tadi, saya dilihat oleh salah satu guru yang bisa dibilang sangar hehe. Alhasil saya langsung diam seribu bahasa. Beliau masih saja memperhatikan ke arah kelas saya, padahal saya sudah mengeluarkan jurus diam saya, yaitu dengan masang muka polos&kalem. Ketika hormat pada bendera, 3 orang teman yang baris di belakang saya terdengar ribut sekali. Cekikikan ngga jelas. Mulai deh dag dig dug ser lagi. Takut,taku beliau datang ke barisan saya. Guru itu tetap memperhatikan kami, sampai saatnya......beliau datang ke barisan kelas saya dan langsung menyeret 3 orang teman saya yang tadi bercanda melulu ke tempat barisan khusus murid yang kena pelanggaran. Saya bernafas lega, untung bukan saya, tapi...antara lega,kasian dan nahan ketawa! Kalau kesalahan mereka karena ngoobrol saat upacara, kenapa saya dan teman saya yang saya ajak ngobrol tadi tidak ikut baris di sana? Bingung.
Upacara kali ini ternyata tidak seperti upacara biasanya, berasa cepat. Biasanya, upacara itu berasa lama,upacara juga tempat di mana asik memikirkan segala sesuatu yang ada di pikiran saya dan tempat untuk mengobrol guna menghilangkan kebosanan dan panas yang menyengat. Tapi kali ini saya diam seperti patung. Tidak peduli panas atau capek yang mendera. Saya masih memikiran 3 orang teman saya itu. Dan juga takut, kali kali guru itu datang lagi. Upacara telah usai, saya dan teman-teman tidak langsung pergi ke kelas, kami ingin tahu bagaimana nasib 3 orang teman kami. Kami memutuskan untuk pergi ke kantin karena tidak jauh dari lapangan dan masih bisa melihat nasib 3 orang teman kami.
Sungguh naas, mereka mendapat hukuman, yaitu hormat pada bendera selama....20 menit. Keadaan di lapangan masih ramai, banyak anak-anak yang kumpul ekstrakulikuler. Di masjid, di depan lab bahasa, di tengah lapangan dan juga di dekat tiang bendera. Betapa malunya mereka harus hormat di tengah lapangan dan dilihat oleh anak-anak satu sekolah. Dari situ, saya masih bingung. Apa kesalahan mereka? Sampai-sampai harus hormat pada bendera selama 20 menit.
Selesai menjalankan hukuman, dengan muka mereka yang antara mau ketawa dan malu mulai memasuki ruangan kelas. Ya...jailnya anak-anak kelas, mereka langsung menertawakan 3 orang temanku, termasuk aku. Bagaimana tidak ketawa? Ini hal yang jarang banget terjadi. Bener-bener bahan untuk tertawaan. Mereka yang harus menahan rasa malu, apalagi malu sama gebetan mereka. Rasanya sudah seperti orang gila yang menari-nari di tengah jalan.
Rasanya tak sabar mendengar cerita mereka dan juga menjawab kebingungan yang ada di otak saya. Dan ternyata......mereka di hukum karena.....
Toast ketika hormat pada bendera.
Iseng. Ya..iseng sekali. Saking ga ada kerjaannya mereka toast tengah-tengah upacara, entah apa yang mereka bahas.
Melalui kejadian ini, saya mendapatkan pelajaran. Untuk tidak lagi terlalu ribut saat upacara. Dan senin kali ini adalah senin yang tentunya tidak mereka lupakan. Toast pembawa malapetaka.
Ini cerita mereka...