Oleh : Amalia Ramadhani
Kelas : X IPA 7
Katanya, kalau
awal yang baik itu bagus. Bisa memotivasi. Tapi, menurutku tidak juga kok.
***
Setiap aku
melihat ke arah beberapa piala itu, aku menjadi semakin merasa kesal dan benci
terhadap semua hal. Aku menjadi sangat pemarah ketika hanya melihat piala itu.
Piala yang dulu aku banggakan. Aku pamerkan kepada setiap teman-teman di
sekolah. Karena piala itulah aku menjadi siswi yang terkenal satu sekolah.
Bahkan beberapa siswa dan siswi dari sekolah lain pun tahu tentang diriku.
***
Aku sangat cinta
kepada dunia seni. Secara spesifik, aku sangat suka dengan melukis. Entah apa
yang membuat aku sangat menggemari kegiatan ini. Melukis itu sama saja dengan
bercerita. Tetapi dengan sebuah gambar. Bukan hanya gambar asal-asalan. Tetapi,
dengan cara menghayati objek itu sendiri.
Aku pernah
mengikuti perlombaan melukis se-sekolah. Itu adalah pertama kali aku mengikuti lomba melukis. Aku dibujuk Yuri untuk mengikuti lomba
itu. Karenanya, maka aku pun mengikuti kegiatan itu.
Setelah mengikuti, ternyata aku dapat juara ke-1. Waaah aku sangat bahagia dan
bangga. Begitu juga dengan Yuri, dia senang aku dapat juara. Yuri dapat juara
ke-3. Memang lukinsannya bagus. Piala pertamaku aku simpan di yang paling ujung
lemari.
Juri-juri senang
dengan lukisanku. Beberapa bulan kemudian ada lomba di tingkat kota dengan
perwakilan sekolah. Aku diajak guru-guru untuk mengikuti lomba tersebut.
Sebenarnya, bukan hanya aku saja. Tera dan Yuri pun sebagai juara 2 dan 3
diikutkan pada lomba itu.
Lombanya sangat
meriah. Para peserta terlihat sangat antusias terhadap perlombaan ini. Aku kira
banyak sekali yang lebih dari kehebatan aku. Tapi, memang benar. Banyak dari
sekolah lain yang melukis lebih indah dariku.
Tanpa
disangka-sangka, aku dapat juara satu. Aku sangat bangga. Bangga sekali. Semua
guru dan teman-temanku juga senang karena perwakilan sekolahnya mendapatkan
juara pertama.
***
Karena pernah
mengikuti lomba melukis se-kota, aku menjadi pede untuk mengikuti lomba yang
lainnya. Walaupun, lomba-lomba itu Yuri yang mengajak. Aku mengikuti lomba
melukis dengan tema yang bermacam-macam. Dan hasilnya? Aku selalu mendapat
juara kalau enggak 1, 2, atau 3. Sedangkan Yuri selalu dibawahku.
Sejak pertama
sampai yang terakhir kali mengikuti lomba aku selalu menang, aku menjadi anak
yang sombong, angkuh, dan suka mengejek teman-teman. Mereka menjadi tidak suka
padaku. Bahkan aku pernah mendengar Tya anak kelas atas mendo’akan aku agar aku
tidak memenangkan lomba yang aku ikuti. Setelah mendengar itu, aku langsung
menghampiri Tya dan menghujat Tya dengan kata-kata yang sangat tidak pantas
diucapkan. Tya langsung meminta maaf dan air matanya bercucuran sangat deras.
Parahnya, aku
mengejek sahabatku sendiri. Yuri. Aku bilang
‘lukisanmu
sangat tidak berbudaya, tidak punya sisi seni, tidak ada bagus-bagusnya sedikit
pun, yang ada hanyalah sampah!’
Yuri membalasnya
dengan senyuman. Jelas-jelas aku sudah kejam sekali kepada Yuri, dialah yang
mengajakku untuk mengikuti setiap lomba. Dan kalau Yuri tidak mengajakku untuk
mengikuti lomba itu, aku tidak akan pernah mendapatkan juara apapun. Aku bukan
apa-apa tanpa dia.
Aku
juga bilang kepda Yuri, kalau dia itu tidak pantas untuk mengikuti lomba-lomba
yang seperti aku ikuti. Lomba-lomba itu terlalu keren untuknya
Tapi apa yang
aku lakukan pada Yuri? Mengejek lukisannya! Aku ini memang bukan teman. Dan aku
sekarang memang tidak punya teman satu pun. Mereka menghindar. Mereka menjauh.
Aku sendirian. Sepi. Tidak ada teman. Yang ada hanyalah lukisanku. Tidak hanya itu. Guru-guru
pun menjadi sinis terhadapku.
***
Suatu
ketika aku kalah diperlombaan tingkat nasional. Yuri menang walaupun jura ke-2,
tetap saja yang namanya se-nasional pasti bergengsi. Yuri menghampiriku dan menghiburku.
Aku sangat malu padanya. Padahal, aku sudah mengejeknya.
Kalau aku bisa
kembali ke awal, aku ingin tidak juara saat perlombaan di sekolah. Aku ingin awal yang buruk bukan yang baik. Awal yang baik
membuatku menjadi sombong. Aku ingin awal yang buruk supaya aku bisa belajar
dari hal yang buruk dan berubah menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar