Sabtu, 22 Maret 2014

Awal Untuk Maju

Oleh    : Fasya Hadiyan Aprilingga
Kelas   : X IPA 4



“Semua itu berawal dari kerja keras untuk meraih kesuksesan. Dan janganlah takut untuk mengawali  itu.”
-Fasya

            “Sssssttt ahhh!!! Lo berisik banget sumpah, Nat.” Reno menatap lelaki di sebelahnya dengan tatapan jengkel. Namun yang ditatap malah mengedikkan bahunya dan kembali memainkan gitar akustik yang selalu ia bawa ke sekolah.

“Terserah gue napa, Ren.” Balas Nathan datar sambil memainkan gitarnya. Entah apa yang merasuki tubuh Reno, ia benar-benar jengkel saat mendengar petikan gitar yang Nathan mainkan. “Lo ganggu gue ngerjain tugas, bisa-bisa kalo gak selesai gue kena hukum. Kenapa sih lo gak ikut lomba apa kek gitu? Biar lo bisa nunjukkin keahlian lo main gitar kesemua orang gak ke gue sama temen satu kelas aja.”

Nathan menatap teman sebangkunya geli lalu meletakkan gitarnya di samping kursi yang didudukinya. “Iya deh, gue berhenti. Lo kasian banget sih No belum ngerjain tugas. Emang semalem lo ngapain aja? Dan untuk usulan lo itu gue belum bisa terima, gue belum siap mental, bro.” Ungkap Nathan yang sekarang sedang menatap Reno dengan miris. Reno hanya diam tak menjawab pertanyaan teman sebangkunya itu dan kembali serius menyalin jawaban di bukunya.

“Heh, Nat!!” Tiba-tiba seorang gadis mengagetkan mereka berdua membuat Reno mencoret tugas yang sedang disalinnya. “Eh sumpah ya, Ta lo bikin gue nyoret tulisan gue nih. Ah lo parah gue udah nyalin banyak-banyak nih.” Ucap Reno geram pada gadis manis dihadapannya.  “Sori-sori ya, No. Gue bener-bener gak sengaja. Sebenernya gue ada info buat Nathan.” Lirihnya dengan suara lembut pada kedua lelaki yang sedang menginjak dewasa dihadapannya.
Nathan menatap Talia dihadapannya. “Info apaan, geulis?” Talia mencibir panggilan untuk dirinya yang diucapkan Nathan tadi, lalu dirinya mengambil kertas selembaran yang didapatnya di depan Mading pagi tadi. “Nih ada kontes musik loh, Nat. Lo kan bisa main gitar, suara lo bagus juga. Mending lo ikutan ini aja nih, lumayang juga hadiahnya. Itung-itung nambah pengalaman lo.” Ujar Talia panjang lebar kepada Nathan. Talia pun memberikan brosus yang diambilnya pagi tadi kepada Nathan.
Nathan pun mengambil brosus yang diberikan Talia lalu membaca isi brosur itu. “Hemmm.. Lumayan juga, tapi gak tau deh Ta gue masih bingung.” Ucapnya lalu memberikan brosur yang dipegangnya pada Talia.

Talia menatap Nathan jengkel. “Nat, lo tuh ya, gue nih sama Reno sering banget ngasih info-info tentang kontes ini itu, tapi tetep aja lo nolak, nolak, nolak lagi. Lama-lama kita berdua cape loh ditolak terus sama lo. Kita nih mau bantu lo supaya lo bisa nunjukkin kemampuan lo yang luar bisa itu.” Ucap Talia dengan wajahnya yang lesu. Nathan hanya bergeming tak menjawabnya, ia memikirkan sesuatu yang selama ini ia khawatirkan apabila ia mengikuti kontes bermusik itu. Bisa saja saat dipanggung nanti, tiba-tiba perutnya sakit karena gugup dan menyebabkan ia salah memetik senar gitarnya lalu senar itu putus. Sangat memalukan, bukan? Ia tahu kekhawatiran itu memang pasti dialami oleh setiap musisi saat pertama kalinya mereka pentas di atas panggung dan dilihat banyak sekali orang. Namun entah kenapa ia benar-benar tidak bisa menghilangkan kegugupan itu dari dalam dirinya karena ia belum pernah sama sekali memperlihatkan keahliannya itu pada orang lain selain orang tuanya, kakaknya, dan teman sekelasnya ini.

Reno menepuk bahu teman sebangkunya itu sambil tersenyum. “Ayolah, Nat. Lo tuh gak boleh sia-siain kemampuan lo itu. Lo bilang ke gue lo mau sukses bermusik, tapi dari kesuksesaan itu semua ada awalnya loh, Nat.”

Talia mengangguk mendengar ucapan Reno, lalu dirinya menambahkan. “Bener Nat kata Reno. Semua itu ada awalnya, kalo gak ada awalnya berarti juga gak ada akhirnya dan berarti kalo lo gak mengawali karir bermusik lo ini, karir lo yang lo udah impi-impikan gak bakal ada akhirnya. Lo gak bakal sukses diakhir nanti. Lo tau kan Alexander GrahamBell bisa nemuin telepon tuh karena awalnya dia mau berusaha, Rakyat Indonesia bisa buat Negeri ini merdeka karena mereka awalanya berjuang untuk tetap bersatu melawan Belanda sama Jepang agar negara ini merdeka. Nah lo? Mau sukses tapi gak mau berusaha dari awal? Dari titik dimana lo sama sekali masih bernilai nol, dimana lo masih belum punya pengalaman banyak dan gak tau apa-apa kaya bayi yang masih suci. Kalo lo gak mau mengawali kariri lo itu, bye-bye deh masa depan lo yang cerah. Dan ya Nat, gak ada ruginya lo ikut tuh kontes, malahan lo nanti dapet pengalaman baru, kemampuan bermusik lo bisa nambah, lo jadi gak bernilai nol lagi malah lo bisa nilai 50. Dan ya kalo lo udah nyobain manggung di depan orang-orang banyak, pastinya ada perasaan dalam diri lo yang ngebuat lo nambah percaya diri, gak grogi lagi di depan banyak orang, dan ada perasaan dimana lo malah pengen tampil lagi nunjukkin kemampuan lo itu ke banyak orang. Itu semua bikin lo tambah maju kan, Nat?”

Nathan hanya merenung mendengar penjelasan panjang lebar dari Talia. Hatinya benar-benar terenyuh saat mendengar nasihat dari Talia. Memang semua kesuksesaan itu pasti ada awalnya, dan gak salah juga kan mencoba hal baru, hal yang lebih menantang. Dan kegiatan itu pun sama sekali tidak ada ruginya. Malahan ia bisa belajar dari pengalaman itu. Yang pasti kegiatan itu sangat positif bagi dirinya. Ia benar-benar harus menuruti nasihat teman-temannya ini, memang orang tuanya pun sering sekali menyuruhnya untuk mengikuti suatu kontes tapi entah kenapa baru kali ini hatinya tergerak untuk mengikutinya. Dan setelah dipikir-pikir dengan matang, memang tak ada salahnya mencoba daripada tidak sama sekali. Ia tersenyum memandang teman-temannya ini. “Gua kayanya bakal ikut deh itu kontes.”

Ucapan itu sontak membuat Reno dan Talia menjerti kesenangan. Keduanya pun sempat tos untuk merayakan keberhasilan mereke membujuk Nathan. Lalu keduanya menatap Nathan bahagia. “Nat, lo emang the best lah. Gue sama Talia bakal nonton kontes itu.”

“Ya, Nat. Kita berdua, bahkan nih ya satu kelas bakal nonton aksi lo yang keren.” Ucap Talia begitu gembira.

Nathan tertawa melihat aksi kedua temannya itu. Ia benar-benar yakin, sangat yakin akan mengikuti kontes ini. “Ya ya, gue bakal tunggu kedatangan kalian nanti. Dan menurut gue ikut kontes ini adalah awal dari kesuksesaan gue nanti. Dan menurut gue memang semua itu harus ada awalnya supaya ada akhirnya. Tentu akhirnya yang bagus, yaitu sukses. Semua orang pengen sukses tapi kita harus mengawali kesuksesaan itu dengan bekerja keras, tentu aja. Thanks a lot my friends. Kalian the best banget deh bisa ngebuat hati gue luluh gini.” Ia pun memeluk kedua temannya dan setelah itu menghambur pergi keluar dari kelas meninggalkan kedua temannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar