Oleh : Fasya Hadiyan Aprilingga
Kelas : X IPA 4
“Semua
itu berawal dari kerja keras untuk meraih kesuksesan. Dan janganlah takut untuk
mengawali itu.”
-Fasya
“Sssssttt ahhh!!! Lo berisik banget sumpah, Nat.” Reno
menatap lelaki di sebelahnya dengan tatapan jengkel. Namun yang ditatap malah
mengedikkan bahunya dan kembali memainkan gitar akustik yang selalu ia bawa ke
sekolah.
“Terserah gue napa,
Ren.” Balas Nathan datar sambil memainkan gitarnya. Entah apa yang merasuki
tubuh Reno, ia benar-benar jengkel saat mendengar petikan gitar yang Nathan
mainkan. “Lo ganggu gue ngerjain tugas, bisa-bisa kalo gak selesai gue kena
hukum. Kenapa sih lo gak ikut lomba apa kek gitu? Biar lo bisa nunjukkin
keahlian lo main gitar kesemua orang gak ke gue sama temen satu kelas aja.”
Nathan menatap teman
sebangkunya geli lalu meletakkan gitarnya di samping kursi yang didudukinya.
“Iya deh, gue berhenti. Lo kasian banget sih No belum ngerjain tugas. Emang
semalem lo ngapain aja? Dan untuk usulan lo itu gue belum bisa terima, gue
belum siap mental, bro.” Ungkap
Nathan yang sekarang sedang menatap Reno dengan miris. Reno hanya diam tak
menjawab pertanyaan teman sebangkunya itu dan kembali serius menyalin jawaban
di bukunya.
“Heh, Nat!!” Tiba-tiba
seorang gadis mengagetkan mereka berdua membuat Reno mencoret tugas yang sedang
disalinnya. “Eh sumpah ya, Ta lo bikin gue nyoret tulisan gue nih. Ah lo parah
gue udah nyalin banyak-banyak nih.” Ucap Reno geram pada gadis manis dihadapannya. “Sori-sori ya, No. Gue bener-bener gak
sengaja. Sebenernya gue ada info buat Nathan.” Lirihnya dengan suara lembut
pada kedua lelaki yang sedang menginjak dewasa dihadapannya.
Nathan menatap Talia
dihadapannya. “Info apaan, geulis?” Talia mencibir panggilan untuk dirinya yang
diucapkan Nathan tadi, lalu dirinya mengambil kertas selembaran yang didapatnya
di depan Mading pagi tadi. “Nih ada kontes musik loh, Nat. Lo kan bisa main
gitar, suara lo bagus juga. Mending lo ikutan ini aja nih, lumayang juga
hadiahnya. Itung-itung nambah pengalaman lo.” Ujar Talia panjang lebar kepada
Nathan. Talia pun memberikan brosus yang diambilnya pagi tadi kepada Nathan.
Nathan pun mengambil
brosus yang diberikan Talia lalu membaca isi brosur itu. “Hemmm.. Lumayan juga,
tapi gak tau deh Ta gue masih bingung.” Ucapnya lalu memberikan brosur yang
dipegangnya pada Talia.
Talia menatap Nathan jengkel. “Nat, lo tuh ya, gue nih sama Reno sering banget ngasih info-info
tentang kontes ini itu, tapi tetep aja lo nolak, nolak, nolak lagi. Lama-lama
kita berdua cape loh ditolak terus sama lo. Kita nih mau bantu lo supaya lo
bisa nunjukkin kemampuan lo yang luar bisa itu.” Ucap Talia dengan wajahnya
yang lesu. Nathan hanya bergeming tak menjawabnya, ia memikirkan sesuatu yang
selama ini ia khawatirkan apabila ia mengikuti kontes bermusik itu. Bisa saja
saat dipanggung nanti, tiba-tiba perutnya sakit karena gugup dan menyebabkan ia
salah memetik senar gitarnya lalu senar itu putus. Sangat memalukan, bukan? Ia
tahu kekhawatiran itu memang pasti dialami oleh setiap musisi saat pertama
kalinya mereka pentas di atas panggung dan dilihat banyak sekali orang. Namun
entah kenapa ia benar-benar tidak bisa menghilangkan kegugupan itu dari dalam
dirinya karena ia belum pernah sama sekali memperlihatkan keahliannya itu pada
orang lain selain orang tuanya, kakaknya, dan teman sekelasnya ini.
Reno menepuk bahu teman
sebangkunya itu sambil tersenyum. “Ayolah, Nat. Lo tuh gak boleh sia-siain
kemampuan lo itu. Lo bilang ke gue lo mau sukses bermusik, tapi dari
kesuksesaan itu semua ada awalnya loh, Nat.”
Talia mengangguk
mendengar ucapan Reno, lalu dirinya menambahkan. “Bener Nat kata Reno. Semua
itu ada awalnya, kalo gak ada awalnya berarti juga gak ada akhirnya dan berarti
kalo lo gak mengawali karir bermusik lo ini, karir lo yang lo udah impi-impikan
gak bakal ada akhirnya. Lo gak bakal sukses diakhir nanti. Lo tau kan Alexander
GrahamBell bisa nemuin telepon tuh karena awalnya dia mau berusaha, Rakyat
Indonesia bisa buat Negeri ini merdeka karena mereka awalanya berjuang untuk
tetap bersatu melawan Belanda sama Jepang agar negara ini merdeka. Nah lo? Mau
sukses tapi gak mau berusaha dari awal? Dari titik dimana lo sama sekali masih
bernilai nol, dimana lo masih belum punya pengalaman banyak dan gak tau apa-apa kaya bayi yang masih suci. Kalo lo gak mau
mengawali kariri lo itu, bye-bye deh
masa depan lo yang cerah. Dan ya Nat, gak ada ruginya lo ikut tuh kontes,
malahan lo nanti dapet pengalaman baru, kemampuan bermusik lo bisa nambah, lo
jadi gak bernilai nol lagi malah lo bisa nilai 50. Dan ya kalo lo udah nyobain
manggung di depan orang-orang banyak, pastinya ada perasaan dalam diri lo yang
ngebuat lo nambah percaya diri, gak grogi lagi di depan banyak orang, dan ada
perasaan dimana lo malah pengen tampil lagi nunjukkin kemampuan lo itu ke banyak
orang. Itu semua bikin lo tambah maju kan, Nat?”
Nathan hanya merenung
mendengar penjelasan panjang lebar dari Talia. Hatinya benar-benar terenyuh
saat mendengar nasihat dari Talia. Memang semua kesuksesaan itu pasti ada
awalnya, dan gak salah juga kan mencoba hal baru, hal yang lebih menantang. Dan
kegiatan itu pun sama sekali tidak ada ruginya. Malahan ia bisa belajar dari
pengalaman itu. Yang pasti kegiatan itu sangat positif bagi dirinya. Ia
benar-benar harus menuruti nasihat teman-temannya ini, memang orang tuanya pun
sering sekali menyuruhnya untuk mengikuti suatu kontes tapi entah kenapa baru
kali ini hatinya tergerak untuk mengikutinya. Dan setelah dipikir-pikir dengan
matang, memang tak ada salahnya mencoba daripada tidak sama sekali. Ia
tersenyum memandang teman-temannya ini. “Gua kayanya bakal ikut deh itu
kontes.”
Ucapan itu sontak
membuat Reno dan Talia menjerti kesenangan. Keduanya pun sempat tos untuk merayakan keberhasilan mereke
membujuk Nathan. Lalu keduanya menatap Nathan bahagia. “Nat, lo emang the best lah. Gue sama Talia bakal
nonton kontes itu.”
“Ya, Nat. Kita berdua,
bahkan nih ya satu kelas bakal nonton aksi lo yang keren.” Ucap Talia begitu
gembira.
Nathan tertawa melihat
aksi kedua temannya itu. Ia benar-benar yakin, sangat yakin akan mengikuti
kontes ini. “Ya ya, gue bakal tunggu kedatangan kalian nanti. Dan menurut gue
ikut kontes ini adalah awal dari kesuksesaan gue nanti. Dan menurut gue memang
semua itu harus ada awalnya supaya ada akhirnya. Tentu akhirnya yang bagus,
yaitu sukses. Semua orang pengen sukses tapi kita harus mengawali kesuksesaan
itu dengan bekerja keras, tentu aja. Thanks
a lot my friends. Kalian the best
banget deh bisa ngebuat hati gue luluh gini.” Ia pun memeluk kedua temannya dan
setelah itu menghambur pergi keluar dari kelas meninggalkan kedua temannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar