Oleh : Amalina Salsabil
@salsalina_
Pita nyawa. Namanya memang pita nyawa, tapi pita ini bukan pita yang bernyawa apalagi menentukan nyawa seseorang.
Teman-teman semua pasti sudah mengerti apa pita nyawa ini. Ya, pita sepanjang 10 cm yang disematkan di lengan sebelah kiri menggunakan peniti emas. Pita ini selalu ada dan menjadi atribut penting dalam kegiatan-kegiatan besar di SMA N 2 Cirebon, dari Orientasi Lingkungan Sekolah (OLS) sampai Serah Terima Jabatan (STJ) dalam kegiatan ekskul.
Cerita terlucu tentang pita nyawa ini selalu hadir dalam kegiatan OLS. Mengapa? Karena dalam kegiatan OLS ini anak-anak masih polos, antara mengerti dan tidak. Mereka selalu menuruti apa yang diperintahkan Mas dan Mba Panitia. Mas dan Mba Panitia akan menarik-narik pita yang ada di lengan peserta tersebut. Berbahagialah mereka yang ujung pitanya sudah dibakar karena mereka pasti akan baik-baik saja. Tetapi betapa malangnya nasib para peserta yang pita nyawanya ditariki hingga habis, mereka akan dikerjai habis-habisan oleh panitia. Peserta yang sudah tidak memiliki pita nyawa akan dikata-katai dan diperintah untuk berbaring di lantai karena nyawa mereka sudah habis, maka mereka sudah mati. Misalnya seperti ini :
"Heh kamu, tiduran sana di lantai! Udah nggak punya pita nyawa kan, udah mati berarti."
Miris memang. Tidak hanya itu saja, yang membuat lebih menyedihkan lagi adalah mereka -peserta yang sudah tidak mempunyai pita nyawa- mau-maunya saja diperintah untuk berbaring di lantai dengan mata terpejam seolah-olah sudah tidak bernyawa atau mati. Padahal maksud dari panitia adalah untuk membuat para peserta berargumen membela diri mereka dan tidak membiarkan harga diri mereka -peserta- diinjak-injak begitu saja.
Jadi, bagaimana menurut kalian jika nyawa ditentukan oleh sehelai pita? haha entah sudah berapa puluh, bahkan ratusan jiwa melayang hanya karena kehilangan pita nyawa ya? Bersyukurlah karena nyawa kita tidak ditentukan oleh hal-hal kecil seperti itu.
itu ceritaku, apa ceritamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar