Oleh : Ditya Puteri
Kelas : X MIIA 9
Bel tanda istirahat berbunyi.
Tidak seperti biasanya, teman-teman kelasku hampir menghabiskan waktu istirahat
untuk mengerjakan tugas dari Ibu Siti. Ya, Ibu Siti adalah guru bahasa
Indonesia yang tegas, dan kebanyakan teman-temanku bilang "galak, jangan
berani ngebantah." Oke, catatan tambahan untukku.
Tadi pagi Ibu Siti langsung
memberikan tugas yang harus dikumpulkan setelah bel istirahat berbunyi. Karena
hari ini bertepatan dengan hari guru, Ibu Siti meminta anak-anak untuk
menuliskan satu kata yang menjelaskan tentang guru menurut pemikiran kami
sendiri. Aku berpikir keras, untuk menulis sebuah essay mungkin gampang. Tapi
dijelaskan dengan satu kata? Aku berpikir keras mencari kosa kata yang tepat
untuk "guru".
"Aku ga tau harus nulis apa,
bingung ga sih, May?" tanya Bila yang duduk disebelahku. Aku menoleh
kepadanya dan melihat raut mukanya yang jengkel dan bingung. "Aku
juga." jawabku singkat. "Lagian ngapain juga coba, apa tulis pinter
aja ya? Semua guru pastinya pinter, iya kan? Iya ga? May jawab napa."
"He'eh." aku mengangguk tanpa memikirkan kata-katanya.
Pintar ya...
Kalau pintar, aku rasa Ravi, anak
terpintar di kelasku, juga bisa didefinisikan dengan pintar. Aku rasa guru
lebih dari itu. Sesuatu yang lebih... mengajarkan sesuatu, apapun itu.
Tiba-tiba suara bruk terdengar diseluruh kelas. Semua
anak menoleh ke arah Siska yang tidak sengaja menjatuhkan handphonenya. "Aduh maaf, terlalu asik sm hp jd ga liat di
depan ada meja. Sorry." ujar
Siska. Anak-anak yang tadi sedang serius langsung menyoraki Siska. Oke, catatan tambahan untukku, jangan
keasikan main hp kalau gamau disorakkin anak sekelas.
Aku terenyak, aku baru saja
menambahkan catatan tambahan untuk diriku sendiri dari peristiwa tadi. Aku baru
saja menambahkan pelajaran untukku. Aku berpikir, peristiwa tadi mengajarkanku
sesuatu.
Dan bukan peristiwa itu saja,
semua hal yang pernah aku lalui telah memberikanku pelajaran, memberiku ilmu.
Semakin bertambahnya hal-hal baru yang aku alami, memberiku pelajaran baru.
Ya... aku rasa kuncinya ada di segala hal yang telah aku lalui. Maksudku,
belajar dan menerima ilmu dari guru di sekolah juga sebuah peristiwa yang aku
alami kan?
Sekarang segalanya menjadi jelas.
Aku tidak perlu belajar dari orang-orang saja, tapi justru dari setiap hal yang
aku alami selama ini. Segala hal kecil sampai terbesar sekalipun. Segalanya...
Bel tanda masuk berbunyi. Semua
anak mulai menggerutu keras. "Oke, fix
aku nulis pinter! Kamu udah selsai May?" tanya Bila kepadaku. Aku menulis
dengan cepat lalu berdiri, "Udah, ayo kumpulin dulu."
Aku menaruh kertas tugasku di meja
depan. Aku melihat sekali lagi tulisan "Segalanya" di kertasku, aku
belajar hal baru lagi kali ini. Segalanya
adalah guru yang paling penting. Oke, catatan tambahan untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar