Sabtu, 22 November 2014

Surat Kecil Untuk Waktu

Oleh: Shelly Ila Amalia
Kelas: XI MIIA 8


Halo, Waktu. Apa kabar? Kabarmu pasti baik dan akan selalu baik, tidak seperti kabarku, yang karenamu, kadang senang kadang sedih, kadang jelas kadang buram. Akupun bingung bagaimana bisa kau semena-mena padaku dan semua orang, yang jelas aku tidak berbuat apapun padamu.

Pertama, saya, mewakili semua awak manusia di dunia ini, ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih kau telah bersedia memberikanku kesempatan hidup. Yang pasti akan membuat kenangan yang sangat berharga dan susah dilupakan. Ketika aku kecil, peduli apa aku tentang waktu? Yang aku tahu dan aku mau hanya bermain dan selalu bermain. Sayangnya engkau tidak bersedia melihatku menikmati masa kecilku untuk selamanya. Bisa kau jelaskan mengapa kau tidak mau memberikan masa kecilku untuk selamanya? Hari semakin mendekati masa tuanya, akupun semakin mendekati masa dewasaku. Di pikiranku sudah banyak kenangan, yang mungkin akan meledak karena terlalu banyak. Kau bersedia menemani masa beranjak dewasaku dengan menyertai keluarga dan kawan yang tiada duanya serta kenangan bersama mereka yang abadi selamanya. Walaupun tidak semua kenangan berkategori “menyenangkan”, aku anggap yang tidak menyenangkan adalah sebagai pelajaran.

Kedua, mungkin aku agak kesal padamu, wahai Waktu. Kau datang membawa kenangan indah, lalu aku senang. Kemudian kau pergi meninggalkan kenangan buruk, lalu aku sedih dan menangis. Seringkah kau merasa tiba-tiba resah lalu gelisah, takut lalu khawatir? Oh, Waktu. Lagi-lagi kau semena-mena memberikan senang lalu sedih. Walaupun aku tahu dibalik waktu untuk bersedih yang kau berikan, kaupun pasti menyediakan kawan yang akan menemani kesedihanku. Tapi, mengapa tak kau musnahkan saja menit atau jam bahkan hari untukku bersedih?

Ketiga, sekarang aku benar-benar kesal padamu. Hei, Waktu. Apakah kau tidak pernah berpikir untuk sekali saja mengulang waktu? Atau mengulang suatu kejadian ketika aku rindu pada keadaan tersebut? Kau tidak pernah merasakan bagaimana sakitnya berpisah dengan kawan yang sudah nyaman di hati dan pikiran. Kau tidak pernah merasakan bahagianya momen berasama sahabat. Pantas saja kau bertindak seenaknya padaku. Apakah salah jika aku ingin merasakan momen bahagia dengan jam, hari, tempat, dan kondisi yang persis sama? Aku mohon, Waktu. Setidaknya, bisa mengobati rindu kepada kawan lama dan tentunya momen momen bersama setiap sahabatku. Aku tahu time is money, tapi Waktu, rinduku sudah teramat dalam. Aku mohon, sekali saja, putarlah dirimu, berikanku memori-memori yang sudah lama kurindukan dengan sangat. Aku mohon, Waktu, berjanjilah...
Salam hangat,



Shelly Ila Amalia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar