Oleh : Hashifa Sabhati
Kelas : XI IPA 7
Bagi saya dan teman-teman—sesama pelajar, menulis merupakan
rutinitas sehari-hari. Baik saat mencatat hal-hal penting yang diterangkan guru
di depan kelas, membuat catatan kecil sebagai pengingat tugas, bertukar surat
dengan teman sebangku hanya untuk mencegah kantuk, bergantian menulis paragraf
cerita bersambung yang dibuat bersama teman sekelas, membuat coretan tidak
jelas karena mengantuk, menulis jawaban essay ulangan PKn atau Bahasa Indonesia
sepanjang mungkin, hingga berulang-ulang menulis huruf Kana pada detik-detik
menjelang pelajaran Bahasa Jepang. Ya, kami menulis setiap hari.
Bagi sebagian orang, menulis adalah
pekerjaan. Ada juga yang menulis karena tuntutan. Bagi kami pelajar, menulis
adalah kebiasaan. Dan bagi saya, menulis juga adalah pelarian. Pelarian saat
pikiran saya sudah tidak karuan. Menulis tanpa berpikir. Menulis tentang apa
saja. Terus menulis sampai saya sudah tidak tahu lagi apa yang akan saya tulis.
Begitu seterusnya.
Pernah ada seseorang yang mengatakan,
“Saat kamu ingin menyampaikan sesuatu namun hal itu terasa sulit, atau kamu
merasa malu membicarakannya, tulislah. Tulis surat lalu sampaikan suratmu”.
Baru-baru ini saya mencobanya dan saya suka cara itu. Karena tidak semua orang
berani berbicara dan tidak sedikit pula orang yang lebih berani menulis.
Menerima surat yang ditulis tangan juga rasanya lebih menyenangkan daripada
harus mendengar orang berbicara tidak karuan karena sulit menyampaikan suatu
hal. Hihihi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar