Sabtu, 02 Juli 2011

Kamu Diantara Galian dan Rasa

Oleh: Dita Sesylia F.
@ditasesil

Hati itu abstrak dan butuh kesensitifan untuk membacanya.

Ini bukanlah hati dalam sistem ekskresi yang memiliki identitas jelas pada tiap insan yang juga dapat dibaca oleh siapa pun yang pasti memiliki ilmu, namun hati yang ini berbeda. Tidak semua insan berilmu dapat membaca hati yang ini, butuh kesensitifan juga penalaran yang terkadang tak masuk akal untuk membacanya, dan logika sama sekali tak pernah diharapkan dalam hal ini. Maka jelas sudah tidak sedikit ditemukan orang-orang yang tak tahu jalan pulang karena keengganan diri untuk terjun membaca hati, termasuk aku.

Tergali dan terus digali, aku hanya bisa pasrah melihat hatiku terus digali. Aku lemah. Entah pintu mana yang akan kamu tuju. Aku buta. Begitu pula rintangan yang harus kamu bayar untuk ini. Aku tak tahu. Dalam kegelapan cahaya nan hangat, mendesir angin malam nan ramah, membawaku melayang jauh dalam senyuman, aku terenyuh akan semua itu, aku terjatuh dalam kepasrahanku, karena kamu.

Tanpa angan kamu mengajakku larut dalam bayanganmu, sadar atau tidak, aku tak peduli, kau benar-benar indah. Tapi angan yang seharusnya menemani, nyata benar kamu tak miliki. Sehingga goresan pun tercipta, hanya untuk aku. Sisa-sisa jejakmu kupungut, titik-titikmu yang tersembunyi kucari, garis-garis wajahmu kuperhatikan, dan aku sadar akan ini, aku tetap mengaharapkanmu.

Aku benar-benar hilang dalam jalanku berpulang, terguling ke dalam gelapnya jurang nan indah. Kucoba untuk memakai nalarku untuk kembali, namun tak ada satupun jalan yang kudapatkan. Aku terjebak. Berharap seberkas cahaya memberikanku terang untuk berpulang. Tak dinyana, kudapatkan seberkas cahaya mendatangiku dan meraihku untuk berpulang, entah darimana asalnya. Apa maksud semua ini aku pun tak tahu. Ya, aku yang mengalami semua ini, tapi aku tetap tak tahu. Hingga akhirnya kucoba melayangkan imajinasiku, mencoba menjadi sosok yang bernalar tinggi, dan akhirnya kudapatkan jawaban dari semua ini. Rasa membawaku jalan pulang ke rumah.

Galian yang kamu buat memang menaruh sisi buruk dalam kehidupanku karena kau tak menggalinya dengan angan, namun senang rasanya ketika kudapat mengungkap sisi baik di balik semua itu, ketika kuharus menggunankan tingginya nalar dan kesensitifan yang kental untuk membaca dan mengartikan semua ini sehingga kudapatkan sebuah jawaban.

Meski kusadar kamu tak pernah berangan untuk menjadikanku di sampingmu, meski kusadar kamu berada jauh di sisiku, aku selalu berterimakasih padamu karena kau telah mengajakku larut dalam bayanganmu, menjadikanku sosok yang sekiranya dapat menghargai rasa dan sosok yang memiliki cerita akan rasa. Aku beruntung karena aku sudah kembali ke jalanku  untuk berpulang ke rumah, aku pun beruntung karena aku pernah jatuh ke dalam jurang nan indah sehingga kutinggalkan keengananku mencoba terjun untuk mengerti dan membaca. Berkat kau dan galianmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar