Jumat, 15 Juli 2011

Kelas Pertamaku

Risna Eka Safitri

Nggak punya temen. Itu yang saya rasakan ketika pertama kalinya. Saya melihat seisi kelas, saya mencari anak-anak yang memakai lambang sekolah SMP yang sama seperti saya, awalnya cuma Ijal yang saya kenal dan saya lihat di kelas tersebut, dan itupun sudah sangat bersyukur. Sangat. Tepat di bangku kedua dan baris kedua dari kanan saya mendapatkan tempat duduk di kelas pinggir gerbang ini. (Alhamdulillah… nggak belakang-belakang amat gitu. Alamat ngobrol aja kalo di belakang). Saya duduk bersama Dwita, dia adalah teman sewaktu saya SMP. Walaupun belum terlalu akrab-akrab banget tapi saya akan mencoba untuk akrab dengan dia.

Pendiam. Itu adalah pendapat saya pertama kalinya melihat kelas ini. Beda banget sama kelakuan saya yang begini adanya, saya takut nanti yang ada cuma saya sendiri yang terlihat begitu dikelas ini. Hari demi hari saya lewati bersama anak-anak kelas tersebut. Dan ketika sampai saat itu ada entah keajaiban apa, angin topan dari mana, hujan durian dari kapan, yang memindahkan sahabat dekat saya yang dari kelas lain masuk ke kelas saya. Kipu namanya. Nama aslinya Rizki Putri Dayanti, tapi berhubung kalau manggil Rizki nanti Rizki-Rizki yang lainnya nengok, manggil Putri pun juga begitu, kalo manggil Dayanti? Dikira Yantinya si Anang nanti (......#krik), akhirnya dengan kesepakatan oleh dia sendiri, kami semua memanggil dia Kipu. Saya memutuskan untuk duduk bersama Kipu saja dibelakang, (……..akhirnya dibelakang juga).

Setelah saya bisa adaptasi dengan kelas itu, saya mencabut semua pendapat saya tentang kelas ini yang terlihat pendiam. Memang sih pendiam, tapi kalau dilihat dari kulitnya saja. Lain cerita kalau sudah di kelas. Tidak perlu ditanya bagaimana, saya pun sudah angkat tangan duluan untuk menceritakannya. Tiada hari tanpa tertawa sama anak-anak tersebut, apalagi dengan adanya si KM kelas tersebut. Aulia Aji Purnomo, biasa dipanggil Aji. Awalnya, saya melihat Aji anaknya pendiam, alim, dan jutek, tapi sebenarnya kebalikannya, dia anaknya sangat bertanggung jawab, dan dia yang sering membuat isi kelas onar dikarenakan senda guraunya. Apalagi bagi saya, saya adalah korban yang paling sering teraniaya olehnya dan anak-anak lain.

Hampir semua anak kelas tersebut yang jika dilihat dari kulitnya berbeda dengan aslinya. Terlalu banyak dan tidak akan pernah habis untuk menceritakannya satu-satu. Intinya, mereka semua sama. Tetapi, setidaknya dari pengalaman pertama saya tentang kelas di sekolah ini saya mengambil kesimpulan, tak kenal maka tak sayang & jangan pernah memandang orang dari sisi luarnya terlebih dahulu, belum tentu luar itu sama seperti apa yang ada didalamya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar